Selasa, Juli 17, 2012

Sikap Gentleman Jokowi

PDIP.kabmalang.com -
Jokowi : Kalahlah Secara Terhormat dan Bila Menang Tanpa Harus Menyakiti (Sumber Photo : Jokowi Official Website)
Nglurug tanpo bolo, menang tanpo ngasorake..... , filosofi jawa ini sangatlah dahsyat! memupuk diri, menjadikan jiwa pemberani...sifat pemenang dengan begitu elegan.
Ketika Jokowi diserang secara personal, diejek terus menerus, bahkan ada tuduhan amat serius yaitu : Politik Uang, lalu ada tuduhan soal sentimen agama, rasial yang bila dibaca amat kejam sekali isinya, bukannya marah Jokowi malah adem ayem saja. Inilah yang kemudian membedakan Jokowi dengan politisi lain yang cenderung menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kedudukan politik. Ia tampaknya bersikap ‘Nothing To Loose’, karena ia datang ke Jakarta ingin kerja berbakti untuk negaranya, untuk kebaikan negaranya bukan untuk apa-apa,  ia amat lugu tapi lurus dalam soal ini.
Kalaupun kalah ya kalah secara terhormat, kalaupun menang ia tidak ingin menyakiti. Ia benar-benar paham falsafah Jawa :  menang tanpo ngasorake, menang tanpa menyakiti, tanpa merendahkan, Ia memang benar-benar memanusiakan manusia, ia melihat manusia bukan dari asalnya, bukan dari agamanya, bukan dari siapa, dari apa, tapi manusia sebagai manusia yang harus dihormati dan dihargai pendapatnya, pikirannya dan kerjanya.
Jokowi bisa saja berkampanye jauh lebih kejam dengan menguraikan buku yang dilempar Prijanto eks Wagub DKI dimana disana Prijanto membongkar kebobrokan masa Pemerintahan Foke dan ini sudah diserahkan pada KPK, tapi Jokowi menolak itu, ia tak mau membangun keburukan orang lain, pikirannya penuh pekerjaan, ia tak sempat berpikir untuk menjelekkan orang lain. Bila bertemu dengan Jokowi yang dikatakannya terus hanya ‘bagaimana Jakarta di kemudian waktu’.  Inilah yang kita butuhkan bagi kepemimpinan kita kelak, bukan Pemimpin yang hanya pandai bercitra diri, pemimpin yang pandai memburuk-burukkkan lawan politik, tapi Pemimpin yang mengertinya hanya kerja…kerja dan kerja, pemimpin yang hasil kerjanya berguna bagi rakyat banyak, bagi kesejahteraan rakyat, bagi bayi-bayi dan bagi mereka yang kurang mampu. “Pemimpin itu adalah Mengayomi, membangun arah, bukan ngomongin orang lain, ngomongin asalnya dari mana, memfitnah ini itu” bagi Jokowi, agak menciteer kata-kata Pramoedya Ananta Toer : ‘Seorang terpelajar harus jujur sejak dalam pikiran apalagi dalam tindakan.
Seperti saat Jokowi datang ke DKI secara resmi, walaupun itu simbolik tapi ia mengajak : “Ayo kita buat Industri Mobil” Saat ia sudah dipastikan masuk sebagai kandidat, yang ia lakukan bukan memerintahkan membuat baliho, atau ke salon dengan memoles mukanya dengan make up tebal lalu senyum pasta gigi, tapi ia berkeringat naik ke Busway, membuat program pra rencana, menyodorkan agenda-agenda penawaran politik yang berupa estimasi kerjanya. Ia cerdas dalam membawa arus Pilkada DKI,  ketika di foto wartawan ia angkat kartu kesehatan,  secara sengaja atau tak sengaja Jokowi membawa atmosfir pertarungan Pilkada DKI sebagai ‘Perang Agenda Kerja’ bukan ‘Perang Personal’.  Dale Carnegie seorang motivator paling besar  dari Amerika Serikat  pernah berkata : “Orang yang sibuk dengan pekerjaannya, dengan prestasinya tak pernah berpikir untuk menjelek-jelekkan orang lain” Dan inilah yang memang ada dalam pikiran Jokowi,  otaknya penuh rencana kerja yang taktis, ia tak menyisakan otaknya untuk memfitnah atau memburuk-burukkan lawan, baginya orang lain adalah sekutu bukan musuh potensial,  etika Jokowi sudah masuk ke dalam tataran manusia berkualitas.
Jika tampil di Televisi, Jokowi hanya tertawa dan bicara soal agenda-agenda kerja, di wawancara wartawan juga ngomongnya ide-idenya, ia tak pernah bangga dengan prestasinya di masa lampau, bahwa hasil Kota Solo dinominasikan jadi kota terbaik di dunia, ia tanggapi dengan biasa-biasa saja bukan memasang kesombongan dan bikin baliho besar-besar “Sayalah Walikota terbaik Sedunia”, sama sekali tidak ada dalam pikiran Jokowi,  Jokowi mengajarkan rendah hati dalam berpolitik, Jokowi mengajarkan kesantunan dalam arti sesungguhnya, bukan ia santun tapi anak buahnya disuruh menggonggong, Ia hormati orang lain dan ia sibuk dengan ide-idenya : small minds talk about people, average minds talk about events,  great minds talk about ideas.. seperti kata Eleanor Roosevelt : Orang berpikiran kecil sibuk membicarakan orang lain, orang berpikiran medioker sibuk bicara kejadian-kejadian,  dan Orang yang berpikiran besar selalu bicara soal ide-ide, soal gagasan.
Jokowi bukan saja memang pekerja keras, ia orang dicintai banyak orang dan hal ini merupakan sesuatu yang langka dalam dunia politik kita, ketika ia dicintai banyak orang, ketika prestasinya diakui di dunia Internasional, ketika semua orang membicarakan dirinya dan menjadikan dia sebagai centrum orang yang paling dikenang di Indonesia setelah Sukarno, Suharto dan Gus Dur. Jokowi menjadi tidak sombong, tingkahnya tidak menyakiti, ia bersikap sebagai seorang Gentleman….sebagai Lelaki Terhormat.
Dari Jokowi kita belajar banyak hal……….
-Anton DH Nugrahanto-.

 Sumber : http://politik.kompasiana.com/2012/07/16/sikap-gentleman-jokowi/


Kontributor Artikel & Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.

www.MestiMoco.com
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Ada Komentar???? untuk PDI Perjuangan Kabupaten Malang

Arsip Blog