Selasa, Juli 24, 2012

Membangun Masyarakat Plural di Madinah



 Oleh Ketua Umum Baitul Muslimin Indonesia, Profesor Hamka Haq 

PDIP.kabmalang.com - UNTUK memahami ayat-ayat Al-Qur'an tentang pemimpin, harus dilihat dari konteksnya di zaman Nabi SAW, yakni konteks penjajahan Romawi atas sebahagian negeri Arab dan konteks kepemimpinan yang berlaku umum dalam bentuk kekaisaran atau kerajaan. Untuk zaman itu, ayat-ayat tentang kepemimpinan mengandung anjuran menghindari memilih orang Yahudi dan Kristen yang waktu itu berpihak pada Romawi yang menzalimi bangsa Arab.

Dalam konteks kezaliman itulah, ayat-ayat Al-Qur'an melarang memilih non Muslim menjadi pemimpin, seperti dalam Q.S. Ali Imran:28, Q.S.Al-Nisa: 138-139, Q.S.Al-Nisa:144, Q.S.Al-Ma'idah: 51, dll.

Adapun dalam konteks kedamaian bagi bangsa yang masyarakatnya plural, seperti masyarakat Madinah di bawah kepemimpinan Rasulullah SAW yang di dalamnya umat Islam mempelopori kebersamaan dengan umat Yahudi dan Kristen, maka berlakulah hukum rukhshah (kemudahan).

Yakni umat Islam dibolehkan bekerjasama dan memilih pendamping, pemimpin yang adil dari kalangan non Muslim. Dalam kondisi seperti inilah, berlaku pesan-pesan ayat Al-Qur'an sebagai berikut:

Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik (bekerjasama) dan berlaku adil terhadap orang-orang (umat agama lain) yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. (Q.S.Al-Mumtahanah: 8);

Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persabahatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani (Kristen)". Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena mereka tidak menyombongkan diri. (Q.S.Al-Ma'idah: 82).

Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.

Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S.Al-Ma'idah:8).

Dalam Tafsir Al-Qurthubi Juz 6 hal. 110, ditegaskan bahwa perbedaan agama tidak boleh menjadi penghalang bagi umat Islam berbuat adil (bekerjasama) dengan umat agama lain.

Maka, berdasarkan ajaran Islam di atas, warga Muslim Jakarta dibolehkan memilih Pemimpin (Gubernur) yang bekerjasama dengan umat agama lain (wakil gubernur non muslim) mengingat kondisi Jakarta dewasa ini adalah masyarakat plural yang damai, sebagaimana Rasulullah SAW juga membangun masyarakat plural di Madinah.

Apalagi, jabatan Gubernur & Wakil Gubernur, bukanlah Kaisar dan Raja yang berkuasa absolut, tapi kekuasaannya terbatas hanya pada kekuasaan eksekutif di DKI Jakarta saja, tidak sekaligus membawahi kekuasaan legislatif dan yudikatif.

Selamat memilih gubernur dan wakil gubernur, demi kesejahteraan, kedamaian dan kerjasama semua warga Jakarta, tanpa membedakan agama dan etnisnya. Wallahu a'lamu bi al-shawab. (*)

Sumber: www.pdiperjuangan-jatim.org

Kontributor Artikel & Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.

www.MestiMoco.com
Share:

Minggu, Juli 22, 2012

Ayo Dukung Walikota Terbaik Dunia

PDIP.kabmalang.com - Sore tadi 22 Juli 2012, sebuah SMS masuk ke HandPhone saya, ternyata dari Sam Sirmaji (Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Timur) yang isinya ajakan untuk mendukung salah satu putra bangsa yang tengah di ikut sertakan menjadi kandidat Walikota Terbaik Dunia 2012, isinya sebagai berkut
"Sebagai warga bangsa Indonesia kita bangga dg masuknya JOKO WIDODO (JOKOWI), Walikota Solo, sbg nominator WALIKOTA TERBAIK DUNIA 2012). Lebih bangga lagi apabila JOKOWI pemenangnya. Untuk itu mari kita berikan suara kita di : http://www.worldmayor.com/contest_2012/word-mayor-nominations-2012.html"

Klik tautan diatas untuk ikut serta memberi dukungan pada beliau guna menjadikan walikota terbaik dunia yang berasal dari NKRI
 
Selama putaran pertama Walikota Dunia 2012, yang diadakan dari bulan Januari sampai Mei 2012, lebih dari 205.000 orang dari seluruh dunia memilih dari 910 orang walikota terbaik Dunia tahun ini di World Mayor 2012. Dari daftar panjang dari 98 kandidat dan berdasarkan jumlah dan kualitas nominasi, Fellows dari Yayasan Kota Walikota, penyelenggara kontes, dipilih 25 walikota dari semua benua untuk melanjutkan ke babak final. Voting untuk pemenang dan runner-up yang sekarang sedang terjadi dan akan terus sampai pertengahan Oktober. Hasil akan diumumkan pada awal Desember 2012.

Kontributor Artikel & Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.

www.MestiMoco.com
Share:

Selasa, Juli 17, 2012

Sikap Gentleman Jokowi

PDIP.kabmalang.com -
Jokowi : Kalahlah Secara Terhormat dan Bila Menang Tanpa Harus Menyakiti (Sumber Photo : Jokowi Official Website)
Nglurug tanpo bolo, menang tanpo ngasorake..... , filosofi jawa ini sangatlah dahsyat! memupuk diri, menjadikan jiwa pemberani...sifat pemenang dengan begitu elegan.
Ketika Jokowi diserang secara personal, diejek terus menerus, bahkan ada tuduhan amat serius yaitu : Politik Uang, lalu ada tuduhan soal sentimen agama, rasial yang bila dibaca amat kejam sekali isinya, bukannya marah Jokowi malah adem ayem saja. Inilah yang kemudian membedakan Jokowi dengan politisi lain yang cenderung menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kedudukan politik. Ia tampaknya bersikap ‘Nothing To Loose’, karena ia datang ke Jakarta ingin kerja berbakti untuk negaranya, untuk kebaikan negaranya bukan untuk apa-apa,  ia amat lugu tapi lurus dalam soal ini.
Kalaupun kalah ya kalah secara terhormat, kalaupun menang ia tidak ingin menyakiti. Ia benar-benar paham falsafah Jawa :  menang tanpo ngasorake, menang tanpa menyakiti, tanpa merendahkan, Ia memang benar-benar memanusiakan manusia, ia melihat manusia bukan dari asalnya, bukan dari agamanya, bukan dari siapa, dari apa, tapi manusia sebagai manusia yang harus dihormati dan dihargai pendapatnya, pikirannya dan kerjanya.
Jokowi bisa saja berkampanye jauh lebih kejam dengan menguraikan buku yang dilempar Prijanto eks Wagub DKI dimana disana Prijanto membongkar kebobrokan masa Pemerintahan Foke dan ini sudah diserahkan pada KPK, tapi Jokowi menolak itu, ia tak mau membangun keburukan orang lain, pikirannya penuh pekerjaan, ia tak sempat berpikir untuk menjelekkan orang lain. Bila bertemu dengan Jokowi yang dikatakannya terus hanya ‘bagaimana Jakarta di kemudian waktu’.  Inilah yang kita butuhkan bagi kepemimpinan kita kelak, bukan Pemimpin yang hanya pandai bercitra diri, pemimpin yang pandai memburuk-burukkkan lawan politik, tapi Pemimpin yang mengertinya hanya kerja…kerja dan kerja, pemimpin yang hasil kerjanya berguna bagi rakyat banyak, bagi kesejahteraan rakyat, bagi bayi-bayi dan bagi mereka yang kurang mampu. “Pemimpin itu adalah Mengayomi, membangun arah, bukan ngomongin orang lain, ngomongin asalnya dari mana, memfitnah ini itu” bagi Jokowi, agak menciteer kata-kata Pramoedya Ananta Toer : ‘Seorang terpelajar harus jujur sejak dalam pikiran apalagi dalam tindakan.
Seperti saat Jokowi datang ke DKI secara resmi, walaupun itu simbolik tapi ia mengajak : “Ayo kita buat Industri Mobil” Saat ia sudah dipastikan masuk sebagai kandidat, yang ia lakukan bukan memerintahkan membuat baliho, atau ke salon dengan memoles mukanya dengan make up tebal lalu senyum pasta gigi, tapi ia berkeringat naik ke Busway, membuat program pra rencana, menyodorkan agenda-agenda penawaran politik yang berupa estimasi kerjanya. Ia cerdas dalam membawa arus Pilkada DKI,  ketika di foto wartawan ia angkat kartu kesehatan,  secara sengaja atau tak sengaja Jokowi membawa atmosfir pertarungan Pilkada DKI sebagai ‘Perang Agenda Kerja’ bukan ‘Perang Personal’.  Dale Carnegie seorang motivator paling besar  dari Amerika Serikat  pernah berkata : “Orang yang sibuk dengan pekerjaannya, dengan prestasinya tak pernah berpikir untuk menjelek-jelekkan orang lain” Dan inilah yang memang ada dalam pikiran Jokowi,  otaknya penuh rencana kerja yang taktis, ia tak menyisakan otaknya untuk memfitnah atau memburuk-burukkan lawan, baginya orang lain adalah sekutu bukan musuh potensial,  etika Jokowi sudah masuk ke dalam tataran manusia berkualitas.
Jika tampil di Televisi, Jokowi hanya tertawa dan bicara soal agenda-agenda kerja, di wawancara wartawan juga ngomongnya ide-idenya, ia tak pernah bangga dengan prestasinya di masa lampau, bahwa hasil Kota Solo dinominasikan jadi kota terbaik di dunia, ia tanggapi dengan biasa-biasa saja bukan memasang kesombongan dan bikin baliho besar-besar “Sayalah Walikota terbaik Sedunia”, sama sekali tidak ada dalam pikiran Jokowi,  Jokowi mengajarkan rendah hati dalam berpolitik, Jokowi mengajarkan kesantunan dalam arti sesungguhnya, bukan ia santun tapi anak buahnya disuruh menggonggong, Ia hormati orang lain dan ia sibuk dengan ide-idenya : small minds talk about people, average minds talk about events,  great minds talk about ideas.. seperti kata Eleanor Roosevelt : Orang berpikiran kecil sibuk membicarakan orang lain, orang berpikiran medioker sibuk bicara kejadian-kejadian,  dan Orang yang berpikiran besar selalu bicara soal ide-ide, soal gagasan.
Jokowi bukan saja memang pekerja keras, ia orang dicintai banyak orang dan hal ini merupakan sesuatu yang langka dalam dunia politik kita, ketika ia dicintai banyak orang, ketika prestasinya diakui di dunia Internasional, ketika semua orang membicarakan dirinya dan menjadikan dia sebagai centrum orang yang paling dikenang di Indonesia setelah Sukarno, Suharto dan Gus Dur. Jokowi menjadi tidak sombong, tingkahnya tidak menyakiti, ia bersikap sebagai seorang Gentleman….sebagai Lelaki Terhormat.
Dari Jokowi kita belajar banyak hal……….
-Anton DH Nugrahanto-.

 Sumber : http://politik.kompasiana.com/2012/07/16/sikap-gentleman-jokowi/


Kontributor Artikel & Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.

www.MestiMoco.com
Share:

Budaya Etika Politik

PDIP.kabmalang.com -Hari selasa 17 Juli 2012, bertempat di Hotel Margosuko Malang, Pemerintah Kabupatan Malang, dalam hal ini Badan Kesatuan Bangsa dan Politik, mengadakan pelatihan "Pembudayaan Etika Politik di Kabupaten Malang".




Acara yang dikemas dalam bentuk seminar ini diisi oleh tiga orang pemateri yakni, Prof. Dr. H. Sukowiyono, SH., MH; Prof. Dr. Sudarsono, SH., MS; dan Kustyarini
Sukowiyono bahas tentang mempentingnyam pemahaman  masyarakat terhadap etika dan kultur politik dalam rangka membangun budaya politik demokrasi di daerah. Perilaku dan kebiasana masyarakat terhadap politikdidasarkan atas nilai-nilai luhur Pancasila akan menjadikan kondisi yang kondusif dan terselenggaranya pembangunan dengan baik di daerah, Sementara itu menurut Sudarsono, pelaku politik harus mampu mencerminkan perilaku yang baik untuk menarik suara masyarakat. Dibagian lain Kustiarini mengupas tentang perilaku kan etika serta peranan perempuan dalam politik.

Pererta yang terdiri dari para pengurus parpol parlemen (PDI Perjuangan, Demokrat, Gerindra, Hanura, PPP, PKB dan PKNU) idalam sesi tanya jawab meyampaikan tentang maraknya extreem kiri dan kanan sementara pemerintah terlihat melakukan pembiaran, Herman H Oktiono dari PDI Perjuangan mempertanyakan apakah pelaku politik masih memiliki keyakinan tentang ideologi Pancasila jika fenomena yang ada yakni kelompok radikal dengan babas memaksakan kehendak dan kemauan untuk merubah ideologi sementara parpol dan pemerintah tidak melakukan tindakan pada kelompok tersebut.

 

Kontributor Artikel & Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.

www.MestiMoco.com
Share:

Rabu, Juli 11, 2012

Membumikan Ideologi Dengan Kerja Nyata

PDIP.kabmalang.com -
PDI Perjuangan tengah terus menerus membenahi diri. Di antaranya membenahi kualitas para kadernya agar dapat membumikan ideologi ke dalam bentuk kerja nyata. Untuk itu, PDI Perjuangan menyelenggarakan Pendidikan Kader Pendidik Nasional di Yogyakarta, pada hari Kamis (23/2) mendatang.

Menurut Idham Samawi, pendidikan kader selama satu minggu tersebut merupakan amanah dari Kongres III Bali. “Kongres memberi amanat untuk mencetak kader berkualitas yang mengerti dan mampu mengamalkan ideologi partai,” kata Ketua DPP PDI Perjuangan bidang Keanggotan, Kaderisasi dan Rekrutmen di Yogyakarta, Rabu (22/2).

Masih menurut Idham Samawi, PDI Perjuangan prihatin dengan perkembangan partai politik di Indonesia. Partai tidak memiliki kader yang siap turun ke bawah dan tidak mampu menghasilan solusi berbagai permasalahan masyarakat. Ketua Umum, sambung Idham, dalam pembukaan Kongres III secara tajam menyoroti hal ini.  “Seorang kader harus mempunyai Idoleogi dan sekaligus bisa membumikannya dalam bentuk kerja nyata.”

“Oleh Ketua Umum, kami dituntut untuk bisa melahirkan kader-kader ideologis yang bukan hanya sekedar memahami, tetapi sekaligus juga bisa mengimplementasikan ideologi,” ujar Ketua DPP PDI Perjuangan bidang Keanggotan, Kaderisasi dan Rekrutmen seraya menjelaskan Ketua Umum, Megawati Soekarnoputri, dipastikan memberikan materi dalam pendidikan kader tersebut.

Karena itu, menurut mantan Bupati Bantul itu, pendidikan kader nantinya tidak hanya secara ideologis saja tapi benar-benar mumpuni dan bisa membantu rakyat kecil. "Tidak hanya ideologi saja tapi dalam praktek kenyataan sehari-hari mereka bisa berperan di masyarakat terutama membantu menyelesaikan berbagai masalah wong cilik."

Idham Samawi menjelaskan 520 kader PDI Perjuangan dari Aceh hingga Papua akan mengikuti pendidikan kader di Yogyakarta. Pendidikan akan berlangsung tujuh hari, empat hari di kelas dan sisanya tinggal dengan masyarakat (live in) di Klaten, Jawa Tengah.

"Dari 520 kader, 497 kader akan kita tempatkan di dewan pimpinan cabang partai di kabupaten/kota. Mereka akan mengurusi urusan kepartaian dan mengidentifikasi apa saja masalah rakyat, terutama masalah wong cilik. Setelah satu tahun, baru bisa dinyatakan lulus," ujar Idham yang juga Ketua Panitia Pendidikan Kader Pendidik Nasional.

Masih menurut Idham, pendidikan kader direncanakan dalam empat angkatan, dan semuanya diselenggarakan di Yogyakarta. Target pada Kongres IV, April 2015, nanti akan berdiri sekolah partai.  "Ini merupakan rintisan dan akan berjenjang mulai dari pratama, madya hingga utama," pungkasnya.

Sumber : http://www.pdiperjuangan.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=870:mendidik-kader-untuk-membumikan-ideologi&catid=39:nasional&Itemid=127
Kontributor Artikel & Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.

www.MestiMoco.com
Share:

Senin, Juli 09, 2012

Inspirasi Buat Pemimpin

PDIP.kabmalang.com -
Ngapain Sih Dukung JokoWi?

OPINI | 08 July 2012 | 23:39Dibaca: 10023   Komentar: 23   4 dari 6 Kompasianer menilai aktual

Seru, hiruk pikuk, ramai, dan kusutnya kampanye cagub DKI usai sudah, kini kampanye halus para pendukung mulai pindah ke media sosial, sebuah tren baru. Keren! Para cagub kini tinggal berdoa dan meminta restu dari banyak pihak selain pendukung. Walau sepertinya akan ada juga tim cagub yang mulai melancarkan “bagi-bagi uang” untuk tetap mencoba peruntungan mendapatkan dukungan warga.

Saya merupakan orang yang sebetulnya tidak terlalu ambil pusing dengan yang namanya pilkada DKI atau pemilu. Karena bagi saya, DKI dan negeri ini sedang mengalami masa-masa pancaroba dari kehidupan berpolitiknya sejak reformasi. Semua sedang merasa pintar dan punya peran dalam perubahan negeri ini. Lantas pertanyaannya cara apa yang paling manjur mengobati negeri ini? Pergerakan? demonstrasi? Lawan aparat? Lawan pemerintah? Atau melawan parpol?

Dari semua cara yang pernah dilakukan warga dalam melawan sistem pemerintahan, hal yang sangat LANGKA dilakukan secara signifikan dan masif adalah, minimnya tokoh politik yang punya integritas. Dengan kata lain, negeri ini krisis tokoh-tokoh berintegritas tinggi dan punya pandangan luas dan indah akan harapan pembaharuan negeri. Tapi pertanyaanya, ada gak sih tokoh seperti itu? Menurut saya ADA! Bahkan ada dua, yaitu Joko Widodo dan Pak Dahlan Iskan. Overrated? ya biasa lah hal over the top itu seringkali jadi overrated, anyway..

Ada twips bertanya pada saya: “kang besok pilgub DKI dukung siapa?” Saya jawab ringkas: Saya dukung Faisal-Biem tapi coblos JokoWi. Ditanya lagi: ngapain sih dukung JokoWi? - Ah menarik.. mari!

Melawan dan Ikut Sistem?

Pertama kali saya kenal nama JokoWi karena sikap dia sebagai walikota yang “melawan” sistem lama pemerintahan di Surakarta. Saya yakin sudah banyak yang mendengarnya, maka saya tidak perlu lagi menceritakannya panjang lebar di sini. Singkat kata, sepak terjang JokoWi di pemerintahan Surakarta benar-benar sebuah tindakan terobosan yang tabu dan jarang sekali dilakukan banyak tokoh atau peminpin di Indonesia. Sikap melawan sistem JokoWi ini bukan tidak berdampak, karir politiknya jelas terancam karena ia berdiri sebagai walikota atas dukungan parpol besar PDIP - partai yang menguasai Solo saat itu.

Tidak sedikit kisah perseteruan JokoWi dengan DPD yang sesama kader PDIP, begitu pula dengan gubernur JATENG Pak Bibit yang rekan satu partainya sendiri. Perseteruan JokoWi dan Pak Bibit pun sangat heboh dan meledak di Solo. Warga siap pasang badan melindungi pemimpin kotanya. Padahal Pak Bibit adalah seniornya Pak JokoWi di PDIP. Secara lugas, sikap JokoWi ini sudah menggambarkan sikap pemimpin yang tegas, berani, dan berintegritas. Walau ia berdiri atas dukungan partai, tapi tidak serta-merta musti turut apa kata partai.

Menariknya, cara JokoWi mendobrak sistem kolot pemerintah tadi tidak dengan jalur anti-sistem atau radikal, justru dengan masuknya JokoWi di PDIP adalah sebuah sikap main cantik, ia masuk sistem untuk mengubah sistem. Jelas ini sebuah tantangan yang sangat berat bagi seorang pemimpin dan politisi untuk melakukan perubahan dari dalam sistem. Kalau cuma mencoba mengubah sistem dari luar, saya rasa sudah banyak dan basi. Hasilnya? Ya.. tidak usah berharap banyak juga.

One Vote = Three Hopes?

Twips: Tapi integritas JokoWi kalah dengan “perintah” Ibu Mega!! Mana kredibilitas dan sikap melawannya??

Sederhana saja, sistem pemilihan pemerintahan di negeri ini adalah sistem kepartaian yang sangat kental suasana politisnya. Politik itu bukan science yang musti komitmen bahwa 1 adalah 1 dan 2 adalah 2. Politik adalah sikap dan keputusan dengan penyesuaian. Jangan kaget dan heran jika dalam politik kita sering melihat politikus yang plin-plan, berubah-ubah, atau sikap lobi-lobi pendekatan guna menelurkan sebuah kebijakan. Disitulah karakter, uniknya, seni, dan kotornya dunia politik. Namun dibalik semua itu, politikus atau manusianya lah yang patut kita jadikan pegangan. Politik kotor lahir dari politikus kotor, politik baik pun tentu lahir dari politkus baik. Jangan salahkan agama hanya karena ada ulama kotor yang oportunis dengan agamanya. Begitu pun dengan politik.

Saya hanya berfikir, alasan JokoWi ikut petuah pimpinannya itu karena ada sebuah misi dan agenda tertentu yang besar bagi JokoWi. Saya pun percaya bahwa misi dan agenda itu musti bagus untuk DKI atau jangan-jangan untuk Indonesia? Yang JokoWi butuhkan saat ini adalah tiket masuk menuju kompetisi pimpinan DKI. Sebuah kompetisi yang sangat bergengsi dan bisa menetukan tren demokrasi negeri ini. Tanggung jawab kita.. warga DKI adalah memberikan contoh bagaimana sebuah pilkada musti berjalan. Dukungan kita, satu vote, adalah tiket untuk JokoWi. One vote = three hopes, satu untuk kita sebagai warga DKI, satu untuk wilayah Jakarta, satu lagi untuk Indonesia.

Ini Jakarta Bung!

Jakarta bukan kota sembarangan, ini kota keras! Sadis!! Akan tetapi sejujurnya, tahun ini dengan enam kandidat cagub sungguh mengesankan, plus dua kandidat independen, Hendardji dan Faisal Basri. Lalu ada dua kandidat cagub dari daerah yaitu Alex Noerdin dan JokoWi, Ini sebuah terobosan keren. Sebuah tren baru dalam pilkada.

Tapi kan itu Solo? Kota kecil Tulz! Jakarta besar!!

Kontributor Artikel & Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.

www.MestiMoco.com
Share:

Kamis, Juli 05, 2012

Caleg PDI-P Harus Lulus Psikotes dan Ikut Pelatihan Kader

PDIP.kabmalang.com -Dimulainya penjaringan bakal calon legislatif oleh PDI Perjuangan Kabupaten Malang menjadikan suasana hangat di tubuh partai berlogo moncong putih ini.
Sebelum menjadi calon wakil rakyat atau anggota legislatif, para calon wajib mengikuti psikotes, dan harus lulus. Selain itu, mengikuti pendidikan dan pelatihan (diklat) kader.
Hal ini dijelaskan Sekjen DPP PDI Perjuangan Tjahjo Kumolo saat membuka acara Diklat Bidang Kaderisasi PDI Perjuangan, di Kantor DPP PDI Perjuangan, Jumat, 15 Juni 2012.
Menurut Tjahjo, awal Juli ini para caleg mulai mengikut psikotes. Sementara bagi caleg yang belum ikut diklat kader, harus mengikutinya sebelum pelaksanaan pemilu legislatif.
"Banyak yang bertanya, kenapa harus psikotes. Alasannya, PDI Perjuangan bukan sekedar membutuhkan caleg yang S3. Dan bukan soal kepandaian," tegasnya.
Tjahjo menegaskan, hasil psikotes yang dilakukan ibarat cermin diri bagi caleg. Apakah bisa bekerja sama, berpotensi berhianat, atau yang punya potensi merusak bila duduk sebagai anggota dewan di tingkat pusat atau daerah.
Dijelaskan, adan 543 kabupaten/kota. Untuk tiap DPRD saja, papar Tjahjo, membutuhkan ratusan caleg yang harus dikelola. Hal ini menjadi ujian dalam rangka pemantapan konsolidasi internal partai berlambang banteng itu.
Ketua DPP Bidang Kaderisasi Idham Samawi menambahkan, sesuai amanah hasil Kongres III di Bali lalu, PDIP adalah partai ideologis. Untuk itu, pendidikan kader penting dilakukan.
"Pemenangan pemilu dan pemilu Pilpres mendatang, dimulai dengan pendidikan kader yang serius," Idham menegaskan.
Sumber : http://id.berita.yahoo.com/caleg-pdi-p-harus-lulus-psikotes-dan-ikut-141616201.html

Kontributor Artikel & Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.

www.MestiMoco.com
Share:

Arsip Blog