Rabu, Desember 12, 2012

PILKADA Bangkalan Makmun - Mondir Unggul

PDIP.kabmalang.com - Dalam pemilihan Bupati Bangkalan, Madura, pasangan Makmun Ibnu Fuad-Mondir Rofii unggul , pemilukada yang digelar hari ini (Rabu, 12/12).

Pasangan ini didukung 9 parpol, yaitu PDIP, PAN, Demokrat, PKB, PPP, Hanura, Gerindra,  PDP, PKS, dan Partai Golkar ini menang telak atas lawannya, Nizar-Zulkifli, yang diusung PNBKI, Partai Republikan, dan Partai Bintang Reformasi (PBR).

Pasangan Makmun Ibnu Fuad-Mondir Rofii meraup suara 92,42% berdasar hitung cepat Lembaga Pusat Studi Demokrasi dan Hak Asasi Manusia Hukum (PuSDeHAM), sedangkan Nizar-Zulkifli hanya 7,58% dari suara sah. Sementara suara yang tidak sah 5,28 persen.

Direktur PuSDeHAM, Muhammad Asfar dalam penjelasannya menyatakan "Suara tidak hadir 35,33%. Tingkat kehadiran 64,67%. Dan margin error +- 1%,"

Dengan hasil tersebut, Makmun Ibnu Fuad hampir dapat dipastikan akan menjadi Bupati Bangkalan menggantikan ayahnya, KH Fuad Amin Imron.

Dalam pilkada kali ini berlangsung aman. Meski sebelumnya ada ancaman kerusuhan dan akan adanya carok apabila kubu Imam Bukhori-Zainal Alim menggagalkan Pilkada.

Kontributor Artikel & Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.

www.MestiMoco.com
Share:

Minggu, Oktober 14, 2012

PDI-P Gelar Psikotes untuk Caleg di 2014

PDIP.kabmalang.com -  Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan bakal benar-benar menerapkan hasil psikotes terhadap seluruh calon legislasi (Caleg) DPR, DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota dari PDI-P nantinya. Jika tak memenuhi standar yang ditetapkan, maka caleg tersebut tidak akan diloloskan untuk maju di pemilu 2014.
"Kita serius (psikotes). Ketua Umum (Megawati Soekarno Putri) gemas banyak kader yang bermasalah. Kapan berjuangnya kalau mikir diri melulu, enggak mikir pengabdian ke rakyat," kata Ketua Departeman Kaderisasi Keanggotaan dan Rekrutmen DPP PDI-P Eva Kusuma Sundari disela-sela Rapat Kerja Nasional (Rakernas) II PDI-P di Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (13/10/2012).
Eva mengatakan, persiapan pelaksanaan psikotes menjadi salah satu agenda dalam Rakernas II. PDI-P menggandengan Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI). Nantinya, kata dia, HIMPSI bakal melibatkan 26 cabangnya di Indonesia untuk melakukan tes terhadap seluruh caleg PDI-P.
Aspek yang akan dilihat dalam psikotes itu, lanjut Eva, yakni intelektual, kepribadian, sikap kerja, kepemimpinan, dan lainnya. Akan ada juga wawancara individu dan kelompok. "Demi menemukan the right man on the right place at the right time for the right party," kata Eva.
Eva menambahkan, langkah psikotes itu untuk menemukan para politisi yang cocok dengan peran dan tugas sesuai standar PDI-P. "Megawati mengatakan bahwa psikotes merupakan strategi agar para kader mampu mengemban amanat Kongres III di Bali tahun 2010 bahwa PDI-P menjadi parpol ideologis," pungkas dia.
Sebelumnya, ketika membuka Rakernas II, Megawati menyindir kader PDI-P yang masih terus berkonflik. Megawati juga menyinggung perilaku patologis sejumlah kader PDI-P. Perilaku dan mentalitas politik "pokok-e", mau menang sendiri, feodal, dan mengerasnya pembatasan rekrutmen jabatan politik hanya pada orang-orang terdekatnya, kata dia, terus terjadi di berbagai daerah.
 
Editor :H2o
Sumber : kompas.com

Kontributor Artikel & Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.

www.MestiMoco.com
Share:

Jumat, Oktober 12, 2012

Jokowi Magnet Rakernas

PDIP.kabmalang.com - Surabaya - Joko Widodo atau Jokowi, gubernur terpilih DKI Jakarta, hadir di arena Rapat Kerja Nasional (Rakernas) II Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) di Pakuwon Surabaya, Jawa Timur. Kedatangan pria kelahiran Solo ini menyedot perhatian ribuan pengunjung.

Begitu datang, para peserta Rakernas langsung mengerubuti Jokowi. Sehingga untuk berjalan ke ruang rakernas, pria murah senyum ini harus mendapatkan pengawalan super ketat dari satgas PDIP. Tidak jarang, peserta Rakernas mendekati Jokowi untuk sekedar berfoto.

"Maaf saya harus mengikuti pembukaan Rakernas," kata Jokowi singkat, Jumat (12/10/2012) siang.

Agar tidak terganggu, sejumlah satgas meminta agar para penggemar Jokowi minggir. "Tolong diberi jalan. Tolong minggir," ujar seorang satgas sembari menggandeng tangan gubernur yang diusung oleh PDIP dan Partai Gerindra tersebut.

Ratusan kader pengurus pusat dan daerah mengikuti rakernas kedua. Gubernur Jawa Timur Soekarwo juga hadir. Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri akan berpidato.

Kontributor Artikel & Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.

www.MestiMoco.com
Share:

Selasa, Oktober 09, 2012

Rakernas 2 PDI Perjuangan tahun 2012

PDIP.kabmalang.com -Rakernas II PDI Perjuangan

PDI Perjuangan akan melaksanakan Rapat Kerja Nasional (rakernas) ke-II di Imperial Ballroom Pakuwon, Surabaya, pada 12-14 Oktober 2012. Hal itu disampaikan Ketua Panitia Daerah Rakernas II Bambang Dwi Hartono (BHD) dalam jumpa pers dengan wartawan di aula DPD PDI Perjuangan Jawa Timur, Jl Kendangsari 57 Surabaya, Minggu (7/10) siang.

Surabaya dipilih sebagai tempat pelaksanaan Rakernas II karena beberapa pertimbangan. Dalam sejarah PDI Perjuangan, Surabaya pernah menjadi tempat pelaksanaan Kongres Luar Biasa (KLB) PDI. Dalam KLB itu 'menobatkan' Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Umum PDI Perjuangan.

"Dari Surabaya inilah kekuatan reformasi kemudian menyatu dengan kekuatan rakyat. Sehingga PDI Perjuangan hadir sebagai salah satu kekuatan politik yang menjadi perekat keutuhan NKRI," menurut Bambang DH.

Rakernas II direncanakan diikuti oleh 1.200 peserta. Dari struktural tingkat pusat (DPP) terdiri dari pengurus partai serta ketua dan sekretaris badan. Pada tingkat provinsi (DPD) diikuti ketua, sekretaris, dan bendahara. Sementara kepengurusan tingkat kabupaten dan kota diikuti Ketua dan Sekretaris DPC PDI Perjuangan se-Indonesia.

"Para kepala daerah atau wakil kepala daerah yang diusung PDI Perjuangan serta pimpinan DPRD juga diundang sebagai peserta," kata Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Timur tersebut.

Rakernas II even tahunan sebagai upaya untuk mengevaluasi kinerja partai selama setahun terakhir. Secara eksternal, "Digunakan untuk menyikapi dinamika politik kekinian," jelas Bambang yang juga Wakil Wali Kota Surabaya itu.

Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD Jatim Ali Mudji menambahkan, Rakernas II digelar di Jawa Timur karena DPP berkeinginan untuk menyebarkan semangat kemenangan PDI Perjuangan dalam Pemilihan Gubernur DKI Jakarta kepada daerah-daerah lainnya termasuk Jawa Timur. "Kan Pemilihan Gubernur Jatim tinggal beberapa waktu lagi, Agustus 2013," katanya. (h2o)

Sumber : http://www.pdiperjuangan-jatim,org
Kontributor Artikel & Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.

www.MestiMoco.com
Share:

Senin, Oktober 01, 2012

Kemenangan Jokowi sebagai Inspirasi!

PDIP.kabmalang.com -Kemenangan Jokowi sebagai Inspirasi!

 "Apakah tidak ada yang berkeinginan seperti Jokowi?" tanya Mega.
SEMARANG, Jaringnews.com - Kemenangan Jokowi dalam Pilkada DKI Jakarta adalah kemenangan PDIP. Kemenangan Jokowi yang dikeroyok partai-partai dominan, bisa menjadi inspirasi bagi kader PDIP di seluruh Indonesia.

Ucapan sekaligus seruan itu disampaikan Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri di hadapan sekitar 17 ribu kader PDIP. Kader-kader itu ikut menghadiri Pemantapan Tiga Pilar Partai di GOR Jatidiri Semarang.

Dalam sambutannya yang diberikan kepada para kader DPP PDIP Jawa Tengah, Megawati menegaskan kepada kadernya agar bisa mencontoh Jokowi yang memenangkan pemilihan Gubernur DKI Jakarta..

"Seorang Jokowi bisa menang, apakah tidak ada yang berkeinginan seperti itu? Saya lihat Jateng itu senyap-senyap saja. Sebenarnya kemenangan itu ada di tangan kita," kata Megawati dalam sambutannya, Senin (1/10).

Megawati melanjutkan pidatonya, ia mengkritik elit partai yang malas untuk turun ke bawah. Megawati menyindir elit yang duduk sebagai bupati/wali kota dan yang duduk di legislatif.

"Tidak semuanya, tapi sebagian ada yang tidak turun konsolidasi dengan PAC dan ranting. Mereka tidak mau turun karena malas," kata Megawati.

Para elite partai yang disentil Megawati hanya senyum-senyum saja. Megawati kemudian menantang mereka.

"Siapa yang tidak mau turun, ayo acungkan jari. Ayo, pasti tidak ada yang berani," kata Megawati.

Megawati  berharap seluruh kader PDIP meningkatkan konsolidasi agar partai semakin solid. Sehingga pada pemilu 2014 mendatang bisa seperti pemilu 1999. Menurutnya, kader partai harus bisa saling bahu membahu membesarkan partai, tidak berkutat pada perebutan kekuasaan. "Saya sangat kecewa dengan Pati. Seperti apa ya Pati itu," tambah Mega.

Sementara itu, Jokowi yang disebut-sebut dalam pidatonya tetap dengan gaya khasnya yang rendah hati.

"Namanya juga ketua umum. Itu kan memberi semangat untuk teman-teman kader lainnya, bukan untuk saya," kata Jokowi usai acara.

Selain Jokowi, dalam acara Pemantapan Tiga Pilar Partai tersebut turut dihadiri Ketua DPP PDIP Puan Maharani, Sekjen PDIP Tjahjo Kumolo, Wakil Gubernur Jateng Rustriningsih, Wakil Wali Kota Solo F.X. Hadi Rudyatmo.

http://jaringnews.com

Kontributor Artikel & Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.

Share:

Senin, September 24, 2012

Anggota Komisi I DPR RI meninggal karena kecelakaan lalu lintas

PDIP.kabmalang.com - Jakarta (ANTARA News) - Anggota Komisi I DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Theodorus Jacob Koekerits meninggal dunia menyusul kecelakaan lalu lintas di Sidoarjo, Jawa Timur semalam.

Menurut Sekretaris Fraksi PDI Perjuangan, Bambang Wuryanto, saat ini jenazah Theodorus Jacob Koekerits yang akrab disapa Ondos masih diotopsi di RSUD Sidoarjo.

"Iya betul, saat ini jenazah almarhum masih diotopsi di RSUD Sidoarjo," kata Bambang saat dihubungi wartawan, Jakarta, Senin.

Bambang mengatakan kecelakaan itu terjadi tadi malam, namun dia baru dikabari sekitar pukul 07.10 WIB.

Bambang bercerita, mobil yang dikendarai Ondos tabrakan dengan sebuah tronton, namun sopir politikus PDI Perjuangan ini dikabarkan selamat dari insiden itu.

Menurut Bambang, jenasah dibawa ke Rumah Sakit Delta Surya Sidoarjo dan akan disemayamkan di Kompleks Parlemen, Jakarta.

Saat ini, keluarga tengah mencari penerbangan untuk membawa Ondos ke Jakarta.

Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq mengucapkan turut berduka cita atas kematian anggota Badan Anggaran tersebut.

"Atas nama Komisi I kami mohonkan maaf jika beliau ada salah dan semoga beliau mendapat tempat yang baik di sisi-Nya," kata Mahfudz.  

Kontributor Artikel & Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.

www.MestiMoco.com
Share:

Kamis, September 20, 2012

Quick Count Pilkada DKI di Metro TV

PDIP.kabmalang.com -
Hasil Quick Count Pilkada DKI di Metro TV - Inilah informasi hasil Quick Count Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta putaran kedua yang sudah mulai ditampilkan di Metro TV. Berikut Hasil sementara :

Kamis (20/09/2012) pukul 13.20 WIB
Foke 50,26 % dan Jokowi 49,74 %. Hasil Quick Count yang disiarkan Metro TV masih bersifat sementara, dan memungkinkan total persentase perolehan suara masih bisa berubah.

Kamis (20/09/2012) pukul 13.30 WIB 
Foke 45,11 % dan Jokowi 54,89 %

Kamis (20/09/2012) pukul 13.35 WIB 
Foke 38,73 % dan Jokowi 61,27 %

Kamis (20/09/2012) pukul 13.45 WIB
Foke 45,37 % dan Jokowi 54,63 %

Kamis (20/09/2012) pukul 15.10 WIB
Foke 46,90 % dan Jokowi 53,10 %



Hasil Quick Count Pilkada DKI di Metro TV ini akan diupayakan selalu diupdate di blog pdip.kabmalang.com  hingga hasil final Quick Count selesai dihitung di Metro TV.

Note: Untuk melihat secara langsung siaran Live Streaming Metro TV, maka teman-teman pengunjung blog Karo Cyber bisa juga melihatnya melalui alamat Hasil Quick Count Pilkada DKI Putaran Kedua

Kontributor Artikel & Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.
ttt
www.MestiMoco.com
Share:

Selasa, September 18, 2012

Kasihani Foke dan Sambutlah Jokowi

PDIP.kabmalang.com -Sebuahuntuk  e-mail dari seorang kawan berisikan wawasan untuk berpikir simpel untuk pemilukada DKI 2012, mudah untuk menganalisa dan menjadi acuan memilih secara bijak, tidak dibutuhkan ilmu ekonomi atau politik yang mendalam, cukup menggunakan cara pikir secara awam, isi e-mail tersebut adalah

---------- Forwarded message ----------
From: Faizal Bahalwan
Date: 2012/8/31

Saudara2, rekan2ku yang arif dan bijaksana,

Kemarin terinformasi: Pilihan Cerdas Ummat Muslim-Cagub DKI. tentang bahayanya mendukung kelompok yang zalim.
Itu dibahas baru dari sisi cara kampanye,dan  belum kezaliman dari penyelewengan menggunaan dana belanja pemprov.DKI (sumber:ICW).
Tapi apapun bentuk kezaliman, itu akan merugikan semuanya, karena yang tidak zalim juga akan kena imbas dari kezaliman seseorang/kelompok.
Dan ALLOH SWT tidak suka pada kezaliman, bahkan akan mendatangkan bencana akibat kezaliman tsb.

Berikut Analisa "edan gak keduman" atau "Eling lan waspada" atau kalau dikecilkan Analisa Managemen Resiko dibawah ini,

Data:
Foke ada 11 partai dibelakangnya.
Jokowi ada 2 partai dibelakangnya.
Pendapatan Pajak DKI = 13,7 Triliun rupiah.(2011) atau minimal 27,4 Triliun untuk 2 tahun.
Biaya perawatan aset pemprov.DKI = 10 Triliun, asumsi untuk 2 tahun.

Kebutuhan Dana pemenuhan janji Cagub (Foke atau Jokowi) utk rakyat DKI = 10 Triliun rupiah (asumsi utk 2 tahun).

Analisa edan gak keduman/ eling lan waspada:

Dengan mengambil kemungkinan resiko yang terburuk, disumsikan partai2 yang dibelakangnya Cagub2 tsb.menuntut jabatan atau mencari dana dari jabatan untuk kampanye PARTAI PEMILU 2014 (2 tahun lagi), masing2 partai 1 Trilun Rupiah, maka:

Dana anggaran untuk memenuhi janji kepada Rakyat DKI yang tersedia masing2 calon:
Kekuatan Foke   = 27,4 -10 - (11 partai x 1/partai) Triliun =  6,4 Trilun rupiah.
Kekuatan Jokowi= 27,4 -10 - (  2 partai x 1/partai) Triliun =15,4 Trilun rupiah.

Pemenuhan Janji kepada rakyat dari masing2 Cagub:
Pemenuhan Janji Foke     =   (6,4 - 10) Triliun = -3,6 Triliun  (defisit, atau gagal memenuhi janji)
Pemenuhan Janji Jokowi  = (15,4 - 10) Trilun  = 5,4  Triliun (surplus, lebih memenuhi janji)

Kesimpulan analisa :
1.Foke akan gagal dalam memenuhi janjinya kepada masyrakat DKI, sebaliknya.
2.Jokowi akan lebih sukses dalam memenuhi janjinya kepada masyrakat DKI.

Saran:
Mengingat jabatan adalah amanah yang harus dipertanggung jawabkan baik dunia ataupun akhirat, maka untuk kebaikan semuanya baik Foke ataupun Jokowi, maka sangat disarankan agar masyarakat DKI baik muslim atau non muslim untuk memilih Jokowi sebagai Gubernurnya, sekaligus menyelamatkan Foke dan NKRI dari kerugian besar.

Note: tolong disebarkan kepada temen2 lainnya sebagai amal kebaikan, dan cinta Negara bersih dan kuat.

Salam dari Faizal Bahalwan:
Muslim nasionalis, cinta rukun dan damai semua ummat, hormat pada karakter dan budaya leluhur yang merindukan NKRI bisa jaya seperti zaman keemasan Majapahit. Insya ALLOH, bisa dan bisa.
Doha, 31/08/2012.


Kontributor Artikel & Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.

www.MestiMoco.com
Share:

Jumat, September 14, 2012

Halal Bihalal 2012 PDIP

PDIP.kabmalang.com - DPP PDIP menggelar acara halal bihalal dengan tema 'Memantapkan gotong royong, menuntaskan kemenangan dan mewujudkan Jakarta baru'. .

Acara halal bihalal ini diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan pembacaan Pancasila. Halal bihalal dihadiri kader dari 5 DPD PDIP yakni DPD Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Utara serta DPD PAC Kepulauan Seribu.

Acara dimulai tak lama dari kedatangan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri sekitar pukul 10.05 WIB di Hotel Sahid, Jl Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat, Minggu (2/9).

Calon Gubernur dan wakilnya Jokowi-Ahok tiba di lobi hotel sekitar pukul 09.30 WIB. Mega yang mengenakan baju kotak-kotak berwarna krem langsung disambut bakal cagub-cawagub Joko Widodo-Ahok di ruang lobi. Mega lalu duduk di panggung bersama Jokowi-Ahok.

Dalam sambutannya mega meninsytruksikan pada kader partai untuk "jangan pikirkan untung dan rugi, semua dikerahkan untuk mewujudkan Jakarta Baru"

Sumber : http://pesat news.com/read/2012/09/02/11702/hadiri-halal-bihalal-pdip-prijanto-dukung-jokowiahok

Kontributor Artikel & Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.

www.MestiMoco.com
Share:

Senin, Agustus 20, 2012

Anggota DPRD Jawa Timur

PDIP.kabmalang.com -
ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT PROVINSI JAWA TIMUR
DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2009
PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN
No
Dapil
Foto
Nama Anggota Legislatif
L/P
TEMPAT TINGGAL
1
JATIM I
Kota Surabaya
Kab. Sidoarjo
KUSNADI, SH., M.Hum
L
KAB. SIDOARJO
2
H. SALEH ISMAIL MUKADAR, SH
L
KOTA SURABAYA
3
JATIM II
Kota Pasuruan
Kab. Pasuruan
Kota Probolinggo
Kab. Probolinggo
Hj. LULUK MAULUDIYAH, SE
P
KOTA PASURUAN
4
JATIM III
Kab. Banyuwangi
Kab. Situbondo
Kab. Bondowoso
SUMRAMBAH
L
KAB. JOMBANG
5
JATIM IV
Kab. Jember
Kab. Lumajang
SUGIONO, SH., M.Si
L
KAB. BONDOWOSO
6
UMAR BASHOR, SE
L
KAB. LUMAJANG
7
JATIM V
Kota Malang
Kab. Malang
Kota Batu
Dra. SUMIATI, MM
P
KAB. GRESIK
8
Ir. SUTIYO
L
KOTA BATU
9
JATIM VI
Kota Blitar
Kab. Blitar
Kota Kediri
Kab. Kediri
Kab. Tulungagung
BAMBANG SUHARTONO
L
KAB. GRESIK
10
SYAHRI MULYO, SE
L
KAB. TULUNGAGUNG
11
SUHARTI, S.Psi, MM
P
KAB. KEDIRI
12
JATIM VII
Kab. Trenggalek
Kab. Ponorogo
Kab. Magetan
Kab. Ngawi
Kab. Pacitan
Drs. SIRMADJI Tj., M.Pd
L
KOTA MALANG
13
BAMBANG JUWONO, SH, M.Hum
L
KOTA SURABAYA
14
JATIM VIII
Kota Madiun
Kab. Madiun
Kota Mojokerto
Kab. Mojokerto
Kab. Jombang
Kab. Nganjuk
BAMBANG HARIANTO, SE
L
KOTA KEDIRI
15
H. MOCH. SOCHIB
L
KOTA MOJOKERTO
16
JATIM IX
Kab. Bojonegoro
Kab. Tuban
Drs. ALI MUDJI, MS
L
KOTA SURABAYA
17
JATIM X
Kab. Gresik
Kab. Lamongan
Ir. SUHANDOYO SP
L
KAB. LAMONGAN
  JATIM XI
Kab. Bangkalan
Kab. Pamekasan
Kab. Sumenep
Kab. Sampang

Tidak Ada
Tidak Ada
 
Kontributor Artikel & Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.

www.MestiMoco.com
Share:

Jumat, Agustus 17, 2012

Mega Risih Isu SARA

PDIP.kabmalang.com - Berhembusnya isu yang diduga menyinggung soal suku, agama, rasa dan antar golongan (SARA) yang dialamatkan pada pasangan cagub-cawagub DKI Jakarta Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama (Jokowi-Ahok), membuat Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarno Putri merasa risih. Dalam pandangannya, isu tersebut tidak mengandung pembelajaran dan pendidikan politik yang baik bagi masyarakat.
"Dalam hal-hal seperti ini (isu SARA), menurut saya sangat tidak etis. Seharusnya, pembelajaran politik itu dijalankan secara benar," ujar Mega saat menggelar konferensi pers di Kantor DPP PDIP, Jl Lenteng Agung, Jakarta, Jumat (17/8).
Mega menegaskan, seluruh kader partai berlambang banteng tidak pernah diajarkan model kampanye gelap dengan mengedepankan isu SARA.
"Saya sebagai ketua umum tidak pernah mengajari kader yang mencalonkan diri dalam Pilkada untuk membuat kampanye gelap," kata dia.
Dalam iklim demokrasi, seharusnya memberikan kebebasan setiap orang menentukan pilihan. Kebebasan memilih juga tidak bisa dilakukan tanpa bertanggungjawab.
"Sah-sah saja siapa memilih siapa. Tetapi, pembelajaran politik yang baik harus diutamakan," tegas Mega.
Sebelumnya, pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang diusung PDI-P dan Gerindra, Jokowi-Ahok, diterpa isu yang diduga berbau SARA yang dihembuskan oleh raja dangdut H. Rhoma Irama sebelum akhirnya pihak Panwaslu menyatakan tidak ada unsur SARA dari ceramah Rhoma.
[oer]

Kontributor Artikel & Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.

www.MestiMoco.com
Share:

Rabu, Agustus 15, 2012

Rakor dan Bukber 2012


PDIP.kabmalang.com - Rabu, 15 Agustus 2012, bertempat di RM Bojana Puri, DPC bersama PAC se Kabupaten Malang mengadakan kegiatan koordinasi.
Acara yang dimulai pada pukul 16.00 ini diadakan dalam rangka koordinasi DPC dengan PAC yang ada.
Ketua DPC Hari Sasongko dalam sambutannya menyampaikan berbagai perkembangan politik baik nasional maupun regionla, khususnya Malang Raya, Hari mengatakan kader-kader PDI Perjuangan diharapkan dapat bersatu padu sehingga berbagai permasalahan di Kota Batu dn Kota malang dapat menjadikan PDI Perjuangan mampu memenangkan calon-calon yang diusung. Tidak lupa Ketua DPC juga menyampaikan batas akhir penjaringan bakal calon adan berbagai instruksi dari DPP
Ditegaslan pula PDI Perjuangan dapat melaksanakan berbagai keputusan DPP di daerah masing-masing
Acara diakhiri dengan doa bersama dan selanjutnya diadakan acara berbuka bersama

Kontributor Artikel & Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.

www.MestiMoco.com
Share:

Senin, Agustus 13, 2012

Pemimpin itu Harus Ngayomi, Ngayemi, Ngayani

PDIP.kabmalang.com - Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Politik  Hubungan Antar Lembaga, Puan Maharani mengingatkan kader PDI Perjuangan Jawa Tengah pada sebuah falsafah Jawa, yaitu seorang pemimpin harus bisa “Ngayomi, Ngayemi, Ngayani”. Pernyataan Ini disampaikannya saat membuka saat Rapat Koordinasi Bidang Politik & Hubungan Antar Lembaga DPD PDI Perjuangan Jawa Tengah di Semarang pada tanggal 5 Agustus 2012 lalu.

“Pemimpin haruslah bisa mengayomi rakyat dan partai politik pengusung. Jangan sampai partai politik hanya menjadi kendaraan belaka. Hal ini berarti harus ada koordinasi dan silaturahmi yang bagus antara pemimpin dengan rakyat dan partai politik”, tukas Puan.

Falsafah kepemimpinan Jawa tersebut disampaikan saat dia membuka acara Rapat Koordinasi Bidang (Rakorbid) Politik & Hubungan Antar Lembaga. Hadir pula di Rakorbid tersebut perwakilan DPC se Jawa Tengah, kepala daerah Jawa Tengah yang diusung PDI Perjuangan dan para anggota Fraksi PDI Perjuangan DPR-RI serta DPRD Provinsi dan DPRD kabupaten/ Kota.

“Ngayemi itu persoalan hati. Bagaimana seorang pemimpin mampu membuat rakyatnya merasa tenang hatinya, tidak khawatir dalam menjalani kehidupan sehari-hari”.

Di kesempatan yang sama Bidang Politik & Hubungan Antar Lembaga memaparkan kondisi politik nasional Indonesia saat ini kepada tiga pilar PDI Perjuangan di Jawa Tengah dan apa yang harus dipersiapkan untuk mencapai kemenangan PDI Perjuangan di tingkat Pemilukada dan Pileg serta Pilpres.

“Terakhir itu pemimpin harus ngayani, ini terkait konsep Trisakti Bung Karno yaitu berdikari secara ekonomi. Ketiganya saling berkaitan dan harus dipahami oleh seorang pemimpin”.

Sumber : http://www.pdiperjuangan.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=930:pemimpin-itu-harus-ngayomi-ngayemi-ngayani&catid=44:ragam&Itemid=127

Kontributor Artikel & Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.

www.MestiMoco.com
Share:

Jumat, Agustus 10, 2012

Demo KPU Batu

PDIP.kabmalang.com - Kota Batu - Sekitar 100an orang pendukung Edyy Rumpoko Bakal Calon Walikota Batu 2012 2017 yang diusung oleh PDI Perjuangan , Kamis, 9 Agustus 2012, berunjuk rasa di depan kantor Komisi Pemilihan Umum Kota Batu. Massa  Aliansi Partai Politik dan Masyarakat Kota Batu Pendukung Pilkada Anti-Politisasi (APARMAS-ANPOL) mengajukan tuntutan Ketua KPU Kota Batu Bagyo Prasasti mundur dari jabatannya.

Simon Purwo Ali juru bicara PDI Perjuangan, mengatakan "Ketua KPU telah menyalahgunaan kewenangan,". Aksi massa ini merupakan reaksi atas keputusan rapat pleno KPU Kota Batu yang menyatakan Eddy Rumpoko tak lolos verifikasi akibat terganjal keabsahan ijazah.

Dalam orasinya, mereka menuntut Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) untuk ikut turun tangan. "Ada upaya politik yang sistemik mengganjal Eddy Rumpoko," ujar Simon.

PDI Perjuangan bersama 10 partai politik yang mengusung Eddy Rumpoko, yang berpasangan dengan Punjul Santoso mengirim surat protes serta menuntut KPU Kota Batu segera memberikan jawaban.

Massa APARMAS-ANPOL mengancam akan menduduki kantor KPU Kota Batu serta mengerahkan massa dalam jumlah yang lebih besar.

Massa tak bisa masuk ke kantor KPU karena ketatnya penjagaan yang dilakukan ratusan polisi di depan kantor KPU. Sehingga mereka menggelar spanduk dan poster yang berisi protes serta kecaman atas keputusan KPU Kota Batu.

Pada saat itu unjuk rasa digelar, di dalam kantor KPU Kota Batu ada tiga orang komisioner, yakni Rochani, Supri"Setelah memenuhi kuorum, segera kami kirim surat jawaban," ujarnya.yanto, dan Ashar Chilmi. Mereka menemui massa pengunjuk rasa. Supriyanto menyatakan tidak bisa langsung memberikan surat jawaban seperti yang dituntut massa karena jumlah komisioner tak memenuhi kuorum.

Kontributor Artikel & Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.

www.MestiMoco.com
Share:

Rabu, Agustus 01, 2012

Saat ini Suara Rakyat, Suara Siapa?

PDIP.kabmalang.com -
Oleh Masdar Farid Mas'udi

RAKYAT! Alangkah saktinya kata-kata ini. Semua bangsa beradab menyebut dengan khusyuk kata-kata itu dalam konstitusi negara mereka.Suara rakyat adalah suara Tuhan. Fox populi fox dei, demikian keyakinan manusia pada abad modern dewasa ini. Jika suara Tuhan adalah suara kebenaran, suara rakyat adalah kebenaran itu sendiri.

Dalam Si Shu, kitab suci Konghucu, dikatakan: "Tuhan mendengar seperti rakyat mendengar, Tuhan melihat seperti rakyat melihat". Artinya, telinga dan mata rakyat adalah telinga dan mata Tuhan. Iman kepada Tuhan berarti iman kepada rakyat; mengabdi kepada Tuhan pun hanya bisa dimengerti dalam pengabdian kepada rakyat.

Kita bangsa Indonesia menganut akidah yang sama, "akidah kerakyatan". Dalam teks konstitusi kita, secara harfiah kata-kata "rakyat" adalah yang terbanyak disebut. Tidak kurang dari 200 kali, paling banyak dibandingkan semua kata kunci yang lainnya.

Pancasila kita juga menempatkan "rakyat" sangat istimewa. Dengan menyebutnya di sila keempat ("Kerakyatan yang dipimpin...") dan sila kelima ("Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia"), berarti rakyatlah sangkan paran atau alfa-omega hidup kebernegaraan kita.

Rakyat yang dipalsukan

Namun, siapakah sesungguhnya sang "rakyat" yang punya kedudukan begitu tinggi dalam hampir semua konsep ideologi dan sistem kenegaraan di muka bumi ini, juga di negeri kita, Indonesia? Siapakah gerangan "rakyat" itu? Di mana tempat tinggal dan apa kerjanya sehingga ia layak menjadi sasaran seluruh jihad kenegaraan dan pemerintahan bangsa Indonesia?

Apakah rakyat itu termasuk saudara sebangsa dari kalangan yang tunawisma, tunakerja, dan kaum miskin papa yang tinggal di kolong-kolong jembatan, di kampung-kampung kumuh; yang tidur di bedeng atau gubuk-gubuk kardus di pinggir rel, yang setiap saat boleh "ditertibkan" dengan kasar oleh aparat berseragam dengan menggunakan pentungan?

Kalau iya, kenapa mereka begitu jauh dari kepedulian negara kita? Bahkan, tak jarang (aparat) negara memperlakukan mereka layaknya sampah yang hanya pantas untuk disingkirkan, dilempar jauh ke pinggiran.

Seperti mata uang dan semua yang berharga dan istimewa selalu rentan dipalsukan dan dimanipulasi oleh tangan-tangan jahil, juga rakyat yang begitu berharga dan begitu istimewa. Begitu banyak pihak--oknum ataupun lembaga--yang menyebut diri dengan label rakyat, mengaku mewakili rakyat, melayani rakyat, melindungi rakyat, dan berjuang untuk kesejahteraan rakyat. Namun, kenyataannya?

Ada yang bertanya: bagaimana hukumnya orang yang mencari nafkah untuk diri dan keluarganya, mendapatkan kekayaan dan fasilitas mewah dengan atas nama rakyat, padahal kenyataannya tidak demikian? Label rakyat di situ hanya dipalsukan!

Maka, kita pun melihat dan merasakan paradoks di negeri ini, antara yang diikrarkan dan dibuktikan. Negara berjanji untuk hadir dan bekerja bagi keadilan (sila kelima) dan sebesar-besar kemakmuran rakyat (UUD Pasal 33 Ayat 3). Namun, sejauh ini yang dimakmurkan, dari waktu ke waktu, adalah para pejabat dan kroninya. Lebih-lebih pada era reformasi dewasa ini. Sementara yang namanya rakyat selalu dibelakangkan. Hanya kebagian sisa. Itu pun kalau masih ada.

Perlukah kita kembali bicara tentang sesuatu yang begitu sederhana, yang kita asumsikan semua kita sudah memahaminya, yakni: siapa sesungguhnya "rakyat" itu. Apa beda dengan pejabat? Atau pejabat yang terhormat itulah rakyat yang sebenar-benarnya?

Siapa rakyat itu?

Rakyat berasal dari bahasa Arab, raiyat, artinya gembala. Di seberang raiyat (rakyat) ada ra'iy, alias si penggembala, pamong (Jawa) atau dalam konteks perbincangan kita adalah pejabat.

Filosofi hubungan gembala- penggembala bukan untuk merendahkan yang satu dan meninggikan yang lain, tetapi untuk menegaskan tanggung jawab yang satu (penggembala/pejabat) terhadap yang lain (gembala/rakyat). Maka, penggembala yang baik bukan yang mendominasi, melainkan yang selalu siap melayani, melindungi, dan mengutamakan kepentingan gembalanya. Jika perlu dengan mengorbankan kepentingannya sendiri.

Penggembala tidak identik dengan pemilik gembala; pejabat bukan tuan yang boleh bertindak dan memperlakukan rakyat sesuka hatinya. Sang pemilik rakyat sebagai gembala tidak lain adalah Allah, Tuhan Sang Maha Pencipta. Pejabat hanya Amil, alias aparat Allah yang dipikuli amanat untuk melindungi dan memberdayakan rakyat gembalanya.

Sebagai Amil, mereka berhak dapat gaji, sebagai upah atas kerja mereka melayani rakyat, maksimal 1/8 (12,5 persen) dari seluruh anggaran negara yang dipungut dari sedekah-pajak rakyatnya. Lebih dari itu, apalagi sampai 60 persen dari APBN, jelas tak halal dan merupakan kezaliman.

Rakyat tidak identik dengan warga atau penduduk. Tidak ada kartu tanda rakyat (KTR); yang ada kartu tanda penduduk (KTP/paspor), termasuk di dalamnya para pejabat. Warga atau penduduk secara apriori tidak mengenal hierarki, berbeda dengan rakyat vis a vis pejabat.

Secara formal, posisi pejabat ada di atas rakyat, tetapi secara moral rakyat ada di atas pejabat. Rakyat, seperti disebut berkali- kali dalam konstitusi, adalah sumber moralitas dan muara seluruh kerja negara yang dijalankan oleh dan jadi tanggung jawab pejabat negara dan aparatnya.

Prioritaskan yang lemah

Namun, rakyat (terpisah dari pejabat) begitu banyak jumlahnya. Di negeri kita bisa 200-an juta jiwa. Pertanyaannya, mana yang mesti diutamakan saat sumber daya--terutama anggaran-- negara terbatas? Jawabannya: mulailah dari lapisan rakyat yang paling rakyat, yang ada di lapis paling bawah. Agama dan konstitusi, UUD 1945, menyebut mereka "kaum fakir-miskin" atau kaum dluafa wal mustadl'afien (lemah dan terlemahkan).

Tanpa sadar kita pun cenderung mengidentikkan rakyat dengan apa yang disebut wong cilik, yang lemah, tertinggal dan terpinggirkan; bukan para pejabat atau mereka yang digdaya dan kaya raya. Inilah yang terungkap dalam nomenklatur jujur kita ketika menyebut makanan rakyat, pasar rakyat, transportasi rakyat. Pasti yang dimaksud rakyat di sini bukan kaum gedongan yang di atas, melainkan mereka yang terdampar di lapis bawah. Rakyat jelata! Itulah yang harus jadi prioritas kerja negara.

Agama tidak membenci atau mengutuk orang kaya--bahkan sekaya-kayanya seperti Nabi Sulaiman--asal diraih dengan cara halal, bukan dengan manipulasi atau korupsi. Namun, negara pasti akan kehilangan keberkatan bila membiarkan rakyatnya yang miskin tenggelam dalam kemiskinan. Tidak peduli apakah itu negara sekuler atau negara agama.

Al Quran menegaskan: "Tahukah engkau si pendusta agama? Ialah yang menghardik anak yatim nan telantar dan tidak sungguh-sungguh dalam memecahkan derita kaum fakir-miskin".

Kiranya Tuhan segera menyadarkan bangsa kita, terutama para pemimpinnya. (*)

Masdar Farid Mas'udi Rois PBNU

Sumber: kompas

Kontributor Artikel & Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.

www.MestiMoco.com
Share:

Selasa, Juli 24, 2012

Membangun Masyarakat Plural di Madinah



 Oleh Ketua Umum Baitul Muslimin Indonesia, Profesor Hamka Haq 

PDIP.kabmalang.com - UNTUK memahami ayat-ayat Al-Qur'an tentang pemimpin, harus dilihat dari konteksnya di zaman Nabi SAW, yakni konteks penjajahan Romawi atas sebahagian negeri Arab dan konteks kepemimpinan yang berlaku umum dalam bentuk kekaisaran atau kerajaan. Untuk zaman itu, ayat-ayat tentang kepemimpinan mengandung anjuran menghindari memilih orang Yahudi dan Kristen yang waktu itu berpihak pada Romawi yang menzalimi bangsa Arab.

Dalam konteks kezaliman itulah, ayat-ayat Al-Qur'an melarang memilih non Muslim menjadi pemimpin, seperti dalam Q.S. Ali Imran:28, Q.S.Al-Nisa: 138-139, Q.S.Al-Nisa:144, Q.S.Al-Ma'idah: 51, dll.

Adapun dalam konteks kedamaian bagi bangsa yang masyarakatnya plural, seperti masyarakat Madinah di bawah kepemimpinan Rasulullah SAW yang di dalamnya umat Islam mempelopori kebersamaan dengan umat Yahudi dan Kristen, maka berlakulah hukum rukhshah (kemudahan).

Yakni umat Islam dibolehkan bekerjasama dan memilih pendamping, pemimpin yang adil dari kalangan non Muslim. Dalam kondisi seperti inilah, berlaku pesan-pesan ayat Al-Qur'an sebagai berikut:

Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik (bekerjasama) dan berlaku adil terhadap orang-orang (umat agama lain) yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. (Q.S.Al-Mumtahanah: 8);

Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persabahatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani (Kristen)". Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena mereka tidak menyombongkan diri. (Q.S.Al-Ma'idah: 82).

Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.

Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S.Al-Ma'idah:8).

Dalam Tafsir Al-Qurthubi Juz 6 hal. 110, ditegaskan bahwa perbedaan agama tidak boleh menjadi penghalang bagi umat Islam berbuat adil (bekerjasama) dengan umat agama lain.

Maka, berdasarkan ajaran Islam di atas, warga Muslim Jakarta dibolehkan memilih Pemimpin (Gubernur) yang bekerjasama dengan umat agama lain (wakil gubernur non muslim) mengingat kondisi Jakarta dewasa ini adalah masyarakat plural yang damai, sebagaimana Rasulullah SAW juga membangun masyarakat plural di Madinah.

Apalagi, jabatan Gubernur & Wakil Gubernur, bukanlah Kaisar dan Raja yang berkuasa absolut, tapi kekuasaannya terbatas hanya pada kekuasaan eksekutif di DKI Jakarta saja, tidak sekaligus membawahi kekuasaan legislatif dan yudikatif.

Selamat memilih gubernur dan wakil gubernur, demi kesejahteraan, kedamaian dan kerjasama semua warga Jakarta, tanpa membedakan agama dan etnisnya. Wallahu a'lamu bi al-shawab. (*)

Sumber: www.pdiperjuangan-jatim.org

Kontributor Artikel & Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.

www.MestiMoco.com
Share:

Minggu, Juli 22, 2012

Ayo Dukung Walikota Terbaik Dunia

PDIP.kabmalang.com - Sore tadi 22 Juli 2012, sebuah SMS masuk ke HandPhone saya, ternyata dari Sam Sirmaji (Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Timur) yang isinya ajakan untuk mendukung salah satu putra bangsa yang tengah di ikut sertakan menjadi kandidat Walikota Terbaik Dunia 2012, isinya sebagai berkut
"Sebagai warga bangsa Indonesia kita bangga dg masuknya JOKO WIDODO (JOKOWI), Walikota Solo, sbg nominator WALIKOTA TERBAIK DUNIA 2012). Lebih bangga lagi apabila JOKOWI pemenangnya. Untuk itu mari kita berikan suara kita di : http://www.worldmayor.com/contest_2012/word-mayor-nominations-2012.html"

Klik tautan diatas untuk ikut serta memberi dukungan pada beliau guna menjadikan walikota terbaik dunia yang berasal dari NKRI
 
Selama putaran pertama Walikota Dunia 2012, yang diadakan dari bulan Januari sampai Mei 2012, lebih dari 205.000 orang dari seluruh dunia memilih dari 910 orang walikota terbaik Dunia tahun ini di World Mayor 2012. Dari daftar panjang dari 98 kandidat dan berdasarkan jumlah dan kualitas nominasi, Fellows dari Yayasan Kota Walikota, penyelenggara kontes, dipilih 25 walikota dari semua benua untuk melanjutkan ke babak final. Voting untuk pemenang dan runner-up yang sekarang sedang terjadi dan akan terus sampai pertengahan Oktober. Hasil akan diumumkan pada awal Desember 2012.

Kontributor Artikel & Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.

www.MestiMoco.com
Share:

Selasa, Juli 17, 2012

Sikap Gentleman Jokowi

PDIP.kabmalang.com -
Jokowi : Kalahlah Secara Terhormat dan Bila Menang Tanpa Harus Menyakiti (Sumber Photo : Jokowi Official Website)
Nglurug tanpo bolo, menang tanpo ngasorake..... , filosofi jawa ini sangatlah dahsyat! memupuk diri, menjadikan jiwa pemberani...sifat pemenang dengan begitu elegan.
Ketika Jokowi diserang secara personal, diejek terus menerus, bahkan ada tuduhan amat serius yaitu : Politik Uang, lalu ada tuduhan soal sentimen agama, rasial yang bila dibaca amat kejam sekali isinya, bukannya marah Jokowi malah adem ayem saja. Inilah yang kemudian membedakan Jokowi dengan politisi lain yang cenderung menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kedudukan politik. Ia tampaknya bersikap ‘Nothing To Loose’, karena ia datang ke Jakarta ingin kerja berbakti untuk negaranya, untuk kebaikan negaranya bukan untuk apa-apa,  ia amat lugu tapi lurus dalam soal ini.
Kalaupun kalah ya kalah secara terhormat, kalaupun menang ia tidak ingin menyakiti. Ia benar-benar paham falsafah Jawa :  menang tanpo ngasorake, menang tanpa menyakiti, tanpa merendahkan, Ia memang benar-benar memanusiakan manusia, ia melihat manusia bukan dari asalnya, bukan dari agamanya, bukan dari siapa, dari apa, tapi manusia sebagai manusia yang harus dihormati dan dihargai pendapatnya, pikirannya dan kerjanya.
Jokowi bisa saja berkampanye jauh lebih kejam dengan menguraikan buku yang dilempar Prijanto eks Wagub DKI dimana disana Prijanto membongkar kebobrokan masa Pemerintahan Foke dan ini sudah diserahkan pada KPK, tapi Jokowi menolak itu, ia tak mau membangun keburukan orang lain, pikirannya penuh pekerjaan, ia tak sempat berpikir untuk menjelekkan orang lain. Bila bertemu dengan Jokowi yang dikatakannya terus hanya ‘bagaimana Jakarta di kemudian waktu’.  Inilah yang kita butuhkan bagi kepemimpinan kita kelak, bukan Pemimpin yang hanya pandai bercitra diri, pemimpin yang pandai memburuk-burukkkan lawan politik, tapi Pemimpin yang mengertinya hanya kerja…kerja dan kerja, pemimpin yang hasil kerjanya berguna bagi rakyat banyak, bagi kesejahteraan rakyat, bagi bayi-bayi dan bagi mereka yang kurang mampu. “Pemimpin itu adalah Mengayomi, membangun arah, bukan ngomongin orang lain, ngomongin asalnya dari mana, memfitnah ini itu” bagi Jokowi, agak menciteer kata-kata Pramoedya Ananta Toer : ‘Seorang terpelajar harus jujur sejak dalam pikiran apalagi dalam tindakan.
Seperti saat Jokowi datang ke DKI secara resmi, walaupun itu simbolik tapi ia mengajak : “Ayo kita buat Industri Mobil” Saat ia sudah dipastikan masuk sebagai kandidat, yang ia lakukan bukan memerintahkan membuat baliho, atau ke salon dengan memoles mukanya dengan make up tebal lalu senyum pasta gigi, tapi ia berkeringat naik ke Busway, membuat program pra rencana, menyodorkan agenda-agenda penawaran politik yang berupa estimasi kerjanya. Ia cerdas dalam membawa arus Pilkada DKI,  ketika di foto wartawan ia angkat kartu kesehatan,  secara sengaja atau tak sengaja Jokowi membawa atmosfir pertarungan Pilkada DKI sebagai ‘Perang Agenda Kerja’ bukan ‘Perang Personal’.  Dale Carnegie seorang motivator paling besar  dari Amerika Serikat  pernah berkata : “Orang yang sibuk dengan pekerjaannya, dengan prestasinya tak pernah berpikir untuk menjelek-jelekkan orang lain” Dan inilah yang memang ada dalam pikiran Jokowi,  otaknya penuh rencana kerja yang taktis, ia tak menyisakan otaknya untuk memfitnah atau memburuk-burukkan lawan, baginya orang lain adalah sekutu bukan musuh potensial,  etika Jokowi sudah masuk ke dalam tataran manusia berkualitas.
Jika tampil di Televisi, Jokowi hanya tertawa dan bicara soal agenda-agenda kerja, di wawancara wartawan juga ngomongnya ide-idenya, ia tak pernah bangga dengan prestasinya di masa lampau, bahwa hasil Kota Solo dinominasikan jadi kota terbaik di dunia, ia tanggapi dengan biasa-biasa saja bukan memasang kesombongan dan bikin baliho besar-besar “Sayalah Walikota terbaik Sedunia”, sama sekali tidak ada dalam pikiran Jokowi,  Jokowi mengajarkan rendah hati dalam berpolitik, Jokowi mengajarkan kesantunan dalam arti sesungguhnya, bukan ia santun tapi anak buahnya disuruh menggonggong, Ia hormati orang lain dan ia sibuk dengan ide-idenya : small minds talk about people, average minds talk about events,  great minds talk about ideas.. seperti kata Eleanor Roosevelt : Orang berpikiran kecil sibuk membicarakan orang lain, orang berpikiran medioker sibuk bicara kejadian-kejadian,  dan Orang yang berpikiran besar selalu bicara soal ide-ide, soal gagasan.
Jokowi bukan saja memang pekerja keras, ia orang dicintai banyak orang dan hal ini merupakan sesuatu yang langka dalam dunia politik kita, ketika ia dicintai banyak orang, ketika prestasinya diakui di dunia Internasional, ketika semua orang membicarakan dirinya dan menjadikan dia sebagai centrum orang yang paling dikenang di Indonesia setelah Sukarno, Suharto dan Gus Dur. Jokowi menjadi tidak sombong, tingkahnya tidak menyakiti, ia bersikap sebagai seorang Gentleman….sebagai Lelaki Terhormat.
Dari Jokowi kita belajar banyak hal……….
-Anton DH Nugrahanto-.

 Sumber : http://politik.kompasiana.com/2012/07/16/sikap-gentleman-jokowi/


Kontributor Artikel & Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.

www.MestiMoco.com
Share:

Budaya Etika Politik

PDIP.kabmalang.com -Hari selasa 17 Juli 2012, bertempat di Hotel Margosuko Malang, Pemerintah Kabupatan Malang, dalam hal ini Badan Kesatuan Bangsa dan Politik, mengadakan pelatihan "Pembudayaan Etika Politik di Kabupaten Malang".




Acara yang dikemas dalam bentuk seminar ini diisi oleh tiga orang pemateri yakni, Prof. Dr. H. Sukowiyono, SH., MH; Prof. Dr. Sudarsono, SH., MS; dan Kustyarini
Sukowiyono bahas tentang mempentingnyam pemahaman  masyarakat terhadap etika dan kultur politik dalam rangka membangun budaya politik demokrasi di daerah. Perilaku dan kebiasana masyarakat terhadap politikdidasarkan atas nilai-nilai luhur Pancasila akan menjadikan kondisi yang kondusif dan terselenggaranya pembangunan dengan baik di daerah, Sementara itu menurut Sudarsono, pelaku politik harus mampu mencerminkan perilaku yang baik untuk menarik suara masyarakat. Dibagian lain Kustiarini mengupas tentang perilaku kan etika serta peranan perempuan dalam politik.

Pererta yang terdiri dari para pengurus parpol parlemen (PDI Perjuangan, Demokrat, Gerindra, Hanura, PPP, PKB dan PKNU) idalam sesi tanya jawab meyampaikan tentang maraknya extreem kiri dan kanan sementara pemerintah terlihat melakukan pembiaran, Herman H Oktiono dari PDI Perjuangan mempertanyakan apakah pelaku politik masih memiliki keyakinan tentang ideologi Pancasila jika fenomena yang ada yakni kelompok radikal dengan babas memaksakan kehendak dan kemauan untuk merubah ideologi sementara parpol dan pemerintah tidak melakukan tindakan pada kelompok tersebut.

 

Kontributor Artikel & Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.

www.MestiMoco.com
Share:

Rabu, Juli 11, 2012

Membumikan Ideologi Dengan Kerja Nyata

PDIP.kabmalang.com -
PDI Perjuangan tengah terus menerus membenahi diri. Di antaranya membenahi kualitas para kadernya agar dapat membumikan ideologi ke dalam bentuk kerja nyata. Untuk itu, PDI Perjuangan menyelenggarakan Pendidikan Kader Pendidik Nasional di Yogyakarta, pada hari Kamis (23/2) mendatang.

Menurut Idham Samawi, pendidikan kader selama satu minggu tersebut merupakan amanah dari Kongres III Bali. “Kongres memberi amanat untuk mencetak kader berkualitas yang mengerti dan mampu mengamalkan ideologi partai,” kata Ketua DPP PDI Perjuangan bidang Keanggotan, Kaderisasi dan Rekrutmen di Yogyakarta, Rabu (22/2).

Masih menurut Idham Samawi, PDI Perjuangan prihatin dengan perkembangan partai politik di Indonesia. Partai tidak memiliki kader yang siap turun ke bawah dan tidak mampu menghasilan solusi berbagai permasalahan masyarakat. Ketua Umum, sambung Idham, dalam pembukaan Kongres III secara tajam menyoroti hal ini.  “Seorang kader harus mempunyai Idoleogi dan sekaligus bisa membumikannya dalam bentuk kerja nyata.”

“Oleh Ketua Umum, kami dituntut untuk bisa melahirkan kader-kader ideologis yang bukan hanya sekedar memahami, tetapi sekaligus juga bisa mengimplementasikan ideologi,” ujar Ketua DPP PDI Perjuangan bidang Keanggotan, Kaderisasi dan Rekrutmen seraya menjelaskan Ketua Umum, Megawati Soekarnoputri, dipastikan memberikan materi dalam pendidikan kader tersebut.

Karena itu, menurut mantan Bupati Bantul itu, pendidikan kader nantinya tidak hanya secara ideologis saja tapi benar-benar mumpuni dan bisa membantu rakyat kecil. "Tidak hanya ideologi saja tapi dalam praktek kenyataan sehari-hari mereka bisa berperan di masyarakat terutama membantu menyelesaikan berbagai masalah wong cilik."

Idham Samawi menjelaskan 520 kader PDI Perjuangan dari Aceh hingga Papua akan mengikuti pendidikan kader di Yogyakarta. Pendidikan akan berlangsung tujuh hari, empat hari di kelas dan sisanya tinggal dengan masyarakat (live in) di Klaten, Jawa Tengah.

"Dari 520 kader, 497 kader akan kita tempatkan di dewan pimpinan cabang partai di kabupaten/kota. Mereka akan mengurusi urusan kepartaian dan mengidentifikasi apa saja masalah rakyat, terutama masalah wong cilik. Setelah satu tahun, baru bisa dinyatakan lulus," ujar Idham yang juga Ketua Panitia Pendidikan Kader Pendidik Nasional.

Masih menurut Idham, pendidikan kader direncanakan dalam empat angkatan, dan semuanya diselenggarakan di Yogyakarta. Target pada Kongres IV, April 2015, nanti akan berdiri sekolah partai.  "Ini merupakan rintisan dan akan berjenjang mulai dari pratama, madya hingga utama," pungkasnya.

Sumber : http://www.pdiperjuangan.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=870:mendidik-kader-untuk-membumikan-ideologi&catid=39:nasional&Itemid=127
Kontributor Artikel & Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.

www.MestiMoco.com
Share:

Senin, Juli 09, 2012

Inspirasi Buat Pemimpin

PDIP.kabmalang.com -
Ngapain Sih Dukung JokoWi?

OPINI | 08 July 2012 | 23:39Dibaca: 10023   Komentar: 23   4 dari 6 Kompasianer menilai aktual

Seru, hiruk pikuk, ramai, dan kusutnya kampanye cagub DKI usai sudah, kini kampanye halus para pendukung mulai pindah ke media sosial, sebuah tren baru. Keren! Para cagub kini tinggal berdoa dan meminta restu dari banyak pihak selain pendukung. Walau sepertinya akan ada juga tim cagub yang mulai melancarkan “bagi-bagi uang” untuk tetap mencoba peruntungan mendapatkan dukungan warga.

Saya merupakan orang yang sebetulnya tidak terlalu ambil pusing dengan yang namanya pilkada DKI atau pemilu. Karena bagi saya, DKI dan negeri ini sedang mengalami masa-masa pancaroba dari kehidupan berpolitiknya sejak reformasi. Semua sedang merasa pintar dan punya peran dalam perubahan negeri ini. Lantas pertanyaannya cara apa yang paling manjur mengobati negeri ini? Pergerakan? demonstrasi? Lawan aparat? Lawan pemerintah? Atau melawan parpol?

Dari semua cara yang pernah dilakukan warga dalam melawan sistem pemerintahan, hal yang sangat LANGKA dilakukan secara signifikan dan masif adalah, minimnya tokoh politik yang punya integritas. Dengan kata lain, negeri ini krisis tokoh-tokoh berintegritas tinggi dan punya pandangan luas dan indah akan harapan pembaharuan negeri. Tapi pertanyaanya, ada gak sih tokoh seperti itu? Menurut saya ADA! Bahkan ada dua, yaitu Joko Widodo dan Pak Dahlan Iskan. Overrated? ya biasa lah hal over the top itu seringkali jadi overrated, anyway..

Ada twips bertanya pada saya: “kang besok pilgub DKI dukung siapa?” Saya jawab ringkas: Saya dukung Faisal-Biem tapi coblos JokoWi. Ditanya lagi: ngapain sih dukung JokoWi? - Ah menarik.. mari!

Melawan dan Ikut Sistem?

Pertama kali saya kenal nama JokoWi karena sikap dia sebagai walikota yang “melawan” sistem lama pemerintahan di Surakarta. Saya yakin sudah banyak yang mendengarnya, maka saya tidak perlu lagi menceritakannya panjang lebar di sini. Singkat kata, sepak terjang JokoWi di pemerintahan Surakarta benar-benar sebuah tindakan terobosan yang tabu dan jarang sekali dilakukan banyak tokoh atau peminpin di Indonesia. Sikap melawan sistem JokoWi ini bukan tidak berdampak, karir politiknya jelas terancam karena ia berdiri sebagai walikota atas dukungan parpol besar PDIP - partai yang menguasai Solo saat itu.

Tidak sedikit kisah perseteruan JokoWi dengan DPD yang sesama kader PDIP, begitu pula dengan gubernur JATENG Pak Bibit yang rekan satu partainya sendiri. Perseteruan JokoWi dan Pak Bibit pun sangat heboh dan meledak di Solo. Warga siap pasang badan melindungi pemimpin kotanya. Padahal Pak Bibit adalah seniornya Pak JokoWi di PDIP. Secara lugas, sikap JokoWi ini sudah menggambarkan sikap pemimpin yang tegas, berani, dan berintegritas. Walau ia berdiri atas dukungan partai, tapi tidak serta-merta musti turut apa kata partai.

Menariknya, cara JokoWi mendobrak sistem kolot pemerintah tadi tidak dengan jalur anti-sistem atau radikal, justru dengan masuknya JokoWi di PDIP adalah sebuah sikap main cantik, ia masuk sistem untuk mengubah sistem. Jelas ini sebuah tantangan yang sangat berat bagi seorang pemimpin dan politisi untuk melakukan perubahan dari dalam sistem. Kalau cuma mencoba mengubah sistem dari luar, saya rasa sudah banyak dan basi. Hasilnya? Ya.. tidak usah berharap banyak juga.

One Vote = Three Hopes?

Twips: Tapi integritas JokoWi kalah dengan “perintah” Ibu Mega!! Mana kredibilitas dan sikap melawannya??

Sederhana saja, sistem pemilihan pemerintahan di negeri ini adalah sistem kepartaian yang sangat kental suasana politisnya. Politik itu bukan science yang musti komitmen bahwa 1 adalah 1 dan 2 adalah 2. Politik adalah sikap dan keputusan dengan penyesuaian. Jangan kaget dan heran jika dalam politik kita sering melihat politikus yang plin-plan, berubah-ubah, atau sikap lobi-lobi pendekatan guna menelurkan sebuah kebijakan. Disitulah karakter, uniknya, seni, dan kotornya dunia politik. Namun dibalik semua itu, politikus atau manusianya lah yang patut kita jadikan pegangan. Politik kotor lahir dari politikus kotor, politik baik pun tentu lahir dari politkus baik. Jangan salahkan agama hanya karena ada ulama kotor yang oportunis dengan agamanya. Begitu pun dengan politik.

Saya hanya berfikir, alasan JokoWi ikut petuah pimpinannya itu karena ada sebuah misi dan agenda tertentu yang besar bagi JokoWi. Saya pun percaya bahwa misi dan agenda itu musti bagus untuk DKI atau jangan-jangan untuk Indonesia? Yang JokoWi butuhkan saat ini adalah tiket masuk menuju kompetisi pimpinan DKI. Sebuah kompetisi yang sangat bergengsi dan bisa menetukan tren demokrasi negeri ini. Tanggung jawab kita.. warga DKI adalah memberikan contoh bagaimana sebuah pilkada musti berjalan. Dukungan kita, satu vote, adalah tiket untuk JokoWi. One vote = three hopes, satu untuk kita sebagai warga DKI, satu untuk wilayah Jakarta, satu lagi untuk Indonesia.

Ini Jakarta Bung!

Jakarta bukan kota sembarangan, ini kota keras! Sadis!! Akan tetapi sejujurnya, tahun ini dengan enam kandidat cagub sungguh mengesankan, plus dua kandidat independen, Hendardji dan Faisal Basri. Lalu ada dua kandidat cagub dari daerah yaitu Alex Noerdin dan JokoWi, Ini sebuah terobosan keren. Sebuah tren baru dalam pilkada.

Tapi kan itu Solo? Kota kecil Tulz! Jakarta besar!!

Kontributor Artikel & Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.

www.MestiMoco.com
Share:

Kamis, Juli 05, 2012

Caleg PDI-P Harus Lulus Psikotes dan Ikut Pelatihan Kader

PDIP.kabmalang.com -Dimulainya penjaringan bakal calon legislatif oleh PDI Perjuangan Kabupaten Malang menjadikan suasana hangat di tubuh partai berlogo moncong putih ini.
Sebelum menjadi calon wakil rakyat atau anggota legislatif, para calon wajib mengikuti psikotes, dan harus lulus. Selain itu, mengikuti pendidikan dan pelatihan (diklat) kader.
Hal ini dijelaskan Sekjen DPP PDI Perjuangan Tjahjo Kumolo saat membuka acara Diklat Bidang Kaderisasi PDI Perjuangan, di Kantor DPP PDI Perjuangan, Jumat, 15 Juni 2012.
Menurut Tjahjo, awal Juli ini para caleg mulai mengikut psikotes. Sementara bagi caleg yang belum ikut diklat kader, harus mengikutinya sebelum pelaksanaan pemilu legislatif.
"Banyak yang bertanya, kenapa harus psikotes. Alasannya, PDI Perjuangan bukan sekedar membutuhkan caleg yang S3. Dan bukan soal kepandaian," tegasnya.
Tjahjo menegaskan, hasil psikotes yang dilakukan ibarat cermin diri bagi caleg. Apakah bisa bekerja sama, berpotensi berhianat, atau yang punya potensi merusak bila duduk sebagai anggota dewan di tingkat pusat atau daerah.
Dijelaskan, adan 543 kabupaten/kota. Untuk tiap DPRD saja, papar Tjahjo, membutuhkan ratusan caleg yang harus dikelola. Hal ini menjadi ujian dalam rangka pemantapan konsolidasi internal partai berlambang banteng itu.
Ketua DPP Bidang Kaderisasi Idham Samawi menambahkan, sesuai amanah hasil Kongres III di Bali lalu, PDIP adalah partai ideologis. Untuk itu, pendidikan kader penting dilakukan.
"Pemenangan pemilu dan pemilu Pilpres mendatang, dimulai dengan pendidikan kader yang serius," Idham menegaskan.
Sumber : http://id.berita.yahoo.com/caleg-pdi-p-harus-lulus-psikotes-dan-ikut-141616201.html

Kontributor Artikel & Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.

www.MestiMoco.com
Share:

Arsip Blog