Selasa, November 19, 2013

Perjuangan

PDIP.kabmalang.com - Upaya untuk mencapai tujuan tidaklah mudah, dibutuhkan kemauan dan semangat untuk mewujudkan cita-cita
Berbagai tantangan selalu akan muncul selama mencapai tujuan tersebut, tetapi kegigihan akan menghasilkan pencapain yang setara dengan semangat juang


Kontributor Artikel & Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.

www.MestiMoco.com
Share:

Sabtu, Oktober 19, 2013

Komentar -komentar Lucu yang Menolak Pencapresan Jokowi

PDIP.kabmalang.com - PRO kontra pencapresan Jokowi itu biasa-biasa saja. Setiap warganegara berhak mengemukakan pendapatnya masing-masing dan dijamin undang-undang, sejauh komentarnya tidak melanggar peraturan-perundang—undangan dan tidak bernuansa SARA serta menjunjung tinggi etika dan norma-norma. Justru, dengan adanya pro kontra bisa menambah wawasan berpikir para pembacanya.
Namun berdasarkan pengamatan penulis, 99% komentar yang menolak pencapresan Jokowi banyak yang tidak disertai alasan atau argumentasi dan bahkan terkesan mengada-ada, tidak faktual, tidak realistis bahkan beberapa di antaranya merupakan komentar –komentar yang lucu.
Beberapa komentar tersebut antara lain:
1.”Megawati tidak mungkin akan mencapreskan Jokowi, baik pada Pemilu 2014 maupun Pemilu 2014”
(Komentar yang membingungkan, sebab tidak didukung argumentasi atau penalaran yang rasional. Lucu, sebab komentarnya tidak didukung argumentasi).

2.”Jokowi nyapres berarti Jokowi mengingkari janjinya seperti yang diucapkan saat kampanye cagub DKI Jakarta”
( Janji Jokowi adalah janji politik dan di dalam politik bisa saja janjinya didelegasikan atau dilaksanakan yang mewakilinya, dalam hal ini Basuki TP apabila menjadi Gubernur DKI jakarta nantinya. Lucu, soalnya ada kesan janji politik itu tidak boleh didelegasikan)

3.”Mengurus Jakarta saja belum selesai kok akan mengurus Indonesia”
(Kalau Jokowi menjadi presiden, tentunya mengurus semua daerah yang ada di Indonesia, termasuk mengurus DKI Jakarta, paling tidak dalam hal dana maupun dukungan politik. Lucu, sudah banyak yang dikerjakan Jokowi, tapi tidak diketahui dan tidak diakuinya) 

4.”Masih banyak gubernur yang lebih berprestasi daripada Jokowi, kenapa harus Jokowi yang belum punya prestasi apa-apa yang dicapreskan?”
(Untuk menjadi capres unsur terpenting adalah faktor tingginya elektabilitas. Walaupun mungkin ada gubernur lain yang punya prestasi banyak, tapi kalau elektabilitasnya rendah, tentu orang yang faham ilmu politik tak akan mencapreskannya. Lucu, wong gubernur/walikota lain tidak ada yang nyapres kok dimasukkan dalam kategori capres)

5.”Jokowi namanya terkenal kan karena PDI-P punya banyak uang untuk membayar lembaga-lembaga survei untuk mempopulerkan Jokowi”
(Komentar yang tidak didukung fakta atau bukti, berdasarkan suudzon dan curiga saja, bisa dikategorikan sebagai fitnah. Lucu, karena tidak melihat capres-capres lain yang tiap haari memasang iklan di TV selama berbulan-bulan).

6.”Jokowi itu kurus. Jadi gubernur aja nggak ada potongan, apalagi jadi presiden”.
(Komentar yang lucu. Memangnya kalau jadi gubernur atau presiden harus gemuk? Kalau kurus tidak pantas? Dasar logikanya bagaimana? Dasar hukumnya apa? Sebuah komentar yang pasti ditulis atau diucapkan orang yang belum faham politik. Lucu, ukuran tubuh kok dijadikan ukuran atau parameter atau syarat untuk menjadi capres).

7.”PDI-P punya dana besar sehingga mampu mempopulerkan Jokowi”
(Kalau dana besar, pastilah Aburizal Bakrie dan Prabowo Subianto juaranya. Mereka mampu pasang iklan berbulan-bulan sepanjang hari. Sedangkan Jokowi tidak pernah diiklankan. Dicapreskanpun belum —saat artikel ini dibuat— Lucu,padahal capres-capres lain ada yang punya dana jauh lebih besar)

8.”Pastilah, di belakang Jokowi ada banyak konglomerat hitam yang mendukungnya”
(Komentar yang tidak berdasar dan tidak didukung bukti-bukti. Hanya berdasarkan perkiraan—perkiraan yang tidak ada nilai kebenarannya. Kalau memang ada, siapa nama-nama konglomerat itu dan dalam bentuk apa buktinya? Lucu, bisa menduga ada konglomerat tapi tidak bisa menyebutkan nama-nama konglomeratnya)

9.”Belum tentu Jokowi mau dicapreskan”
(Bagi yang faham bahasa politik tentu bisa menterjemahkan ucapan Jokowi “Tanyakan saja sama Bu Megawati”. Kalimat politis-diplomatis. Kalau Jokowi bilang “Saya kan sedang sibuk mengurusi  ini-itu ke sana kemari”, itu merupakan ucapan Jokowi sebagai gubernur, bukan sebagai politisi. Sebagai politisi, tentu Jokowi siap mengemban tugas dicapreskan oleh PDIP/Megawati. Bahasa Jokowi sebagai gubernur dan sebagai politisi harus dibedakan. Lucu, kalau belum tentu kan artinya bisa ya dan bisa tidak).

10.”Memang, tidak ada undang-undang yang melarang Jokowi jadi capres. Tapi dari sisi etika, Jokowi akan dinilai tidak etis karena belum menyeleasikan tugasnya sebagai gubernur, sudah langsung menjadi capres”
(Etika? Etika politik yang benar selalu memprioritaskan kepentingan yang lebih luas daripada kepentingan yang lebih sempit. Jokowi sebagai capres tentu akan mengurusi negara, bukan mengurus satu povinsi saja. Dan kalau Jokowi memberikan alasan-alasannya ke warga DKI jakarta pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya, pastilah sebagian besar akan menyambutnya dengan baik. Lucu, etika politik kok dihubungkan dengan maasa jaabatan. Kalau mengundurkan diri secara baik-baik dari jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta, tentunya itu perilaku yang etis).
Dan masih banyak komentar-komentar yang penulis terima, baik dari blog, portal, e-mail, SMS maupun lewat Facebook. Sebagian komentar mencerminkan ketidakfahaman mereka terhadap dunia politik yang sesungguhnya. Soal apakah nanti Jokowi jadi atau tidak jadi dicapreskan atau soal terpilih atau tidak terpilih sebagai presiden, itu masalah lain. Di dalam dunia politik selalu banyak faktor X yang kadang-kadang sulit diperhitungkan sebab politik itu sifatnya sangat dinamis.
Ciri-ciri komentar yang baik:
-Ada argumentasi yang berwawasan luas
-Sesuai format logika yang baku
-Fokus, faktual, realistis,rasional dan objektif
-Tidak apriori atau suudzon
-Merupakan hasil sebuah analisa
Meskipun demikian, semua komentar layak dihargai walaupun belum memenuhi syarat-syarat komentar yang baik.
Hariyanto Imadha
Pengamat perilaku
Sejak 1973
Sumber : http://politik.kompasiana.com/2013/09/05/politik-komentar-komentar-lucu-yang-menolak-pencapresan-jokowi-587033.html
Kontributor Artikel & Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.

www.MestiMoco.com
Share:

Jumat, Oktober 11, 2013

Achmad Basarah

PDIP.kabmalang.com -

Biografi

Nama Lengkap : Drs. Ahmad Basarah, MH.
No. Anggota : A-378
Tanggal Lahir : 16 Juni 1968
Dapil : Jawa Timur-III
DPR RI : Komisi III
MPR RI : Sekretaris Fraksi PDI-Perjuangan
PDI Perjuangan : Wakil Sekjen Bidang Program DPP PDI Perjuangan
PA GMNI : Sekjen Pengurus Pusat PA GMNI 
 
Ahmad Basarah adalah anggota DPR RI periode 2009 – 2014 yang mewakili daerah pemilihan Jawa Timur III (Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Bondowoso, dan Kabupaten Situbondo) dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.
Baskara, demikian para sahabat kerap memanggilnya, sudah terlibat aktif dalam berbagai kegiatan sosial kemasyarakan dan terjun dalam dunia pergerakan ketika masih menjadi mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Jakarta dengan mengemban amanat jabatan Sekjen untuk memimpin GMNI di tingkat nasional.
Selepas menyelesaikan studi kemahasiswaan, Baskara melabuhkan hati dan pikirannya di dalam rumah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.
Amanah sebagai Wakil Sekjen Bidang Program di Dewan Pimpinan Pusat PDI-Perjuangan memberi ruang bagi Baskara untuk mewujudkan gagasan dan pemikiran di ranah politik melalui tubuh PDI Perjuangan, sebuah partai ideologis yang melakukan oposisi langsung terhadap kekuasaan pemerintahan negara.
Sebagai alumni GMNI, tugas untuk mengakselerasi tindakan dan mengelaborasi ragam pemikiran progresif untuk memecahkan persoalan-persoalan kebangsaan dilakukan dalam amanah jabatan Sekjen Pengurus Pusat Persatuan Alumni (PP PA) GMNI.
Bertugas di Komisi III DPR RI dari Fraksi PDI-Perjuangan, Baskara menangani berbagai aspek persoalan serta isu-isu dalam spektrum hukum & perundang-undangan, hak asasi manusia, serta spektrum keamanan.

Kontributor Artikel & Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.

www.MestiMoco.com
Share:

Kamis, Oktober 03, 2013

Jokowi Masuk Dalam Skenario Capres PDI-P

PDIP.kabmalang.com - KOMPAS.com — Wakil Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto

Dalam sebuah diskusi politik yang digelar di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (2/10/2013), Hasto menuturkan, selain Jokowi, ada beberapa nama lain yang telah dibahas oleh PDI Perjuangan. Mereka, di antaranya, Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri sebagai calon presiden didampingi Jusuf Kalla, dan Mahfud MD.

Skenario lainnya ialah mengusung Jokowi sebagai calon presiden dan didampingi dengan figur yang nantinya dianggap cocok. "Sebagai partai politik, kami harus siap dengan skenario politik. Di Rakernas sudah dibahas, dan dinamikanya seperti itu," kata Hasto.

Skenario calon presiden tersebut, kata Hasto, telah disampaikan kepada Megawati untuk dicermati. Dalam artian, Megawati dipercaya penuh untuk mengambil keputusan politik.

Seperti diketahui, nama Jokowi terus menjadi jawara dalam banyak hasil survei calon presiden menandingi sederet tokoh nasional. Namun begitu, PDI Perjuangan belum menentukan calon presiden yang akan diusung.

Hasil Rakernas merekomendasikan Ketua Umum DPP PDI Perjuangan agar pasangan calon presiden dan calon wakil presiden disampaikan pada momentum yang tepat sesuai dengan dinamika politik nasional, kesiapan jajaran internal partai, dan kepentingan ideologis partai.
Kristiyanto mengatakan, nama Joko Widodo masuk dalam skenario figur calon presiden. Ia menyampaikan, semua telah terungkap dan dibahas dalam Rapat Kerja Nasional PDI-P yang berlangsung di Ancol, Jakarta, pada September 2013.

Kontributor Artikel & Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.

www.MestiMoco.com

http://nasional.kompas.com/read/2013/10/02/1737082/Nama.Jokowi.Masuk.Dalam.Skenario.Capres.PDI-P
Share:

Senin, September 23, 2013

Ada Prananda di balik 'Dedication of Life' Jokowi

PDIP.kabmalang.com -
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo ( Jokowi ) menjadi 'bintang' pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) III Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) di Ancol, Jakarta Utara, 6-8 September lalu. Bagaimana tidak, pada pembukaan Rakernas yang dihadiri 1.300-an kader, Jokowi didapuk membacakan 'Dedication of Life' di atas podium.

Setelah membacakan teks 'Dedication of Life' itu, Jokowi juga mendapat pujian dari Ketua Umum Megawati Soekarnoputri , yang disambut riuh belasan ribu kader Banteng. Bahkan, putri Bung Karno itu meyakini kader kebanggaannya tersebut mendapat getaran saat membacakan teks ayahnya yang ditulis pada 1966.

Di balik hiruk pikuk pemberitaan pembacaan 'Dedication of Life' oleh Jokowi , belakangan baru diketahui bahwa ada keterlibatan Prananda Prabowo di balik momen yang menjadi headline hampir di semua media nasional itu.

Prananda adalah Kepala Ruang Pengendali dan Analisis Informasi (Situation Room) PDI Perjuangan, yang juga anak kedua Megawati. Pria 42 tahun ini dikenal sebagai cucu yang giat mengarsipkan peninggalan kakeknya, Bung Karno.

Kepada merdeka.com, Prananda mengungkapkan secara tertulis proses di balik pembacaan 'Dedication of Life' oleh Jokowi . Hanya saja, meski sejumlah sumber menyebut Prananda yang meminta Jokowi membacakan teks Bung Karno itu, dia membantah sebagai aktor tunggal di balik skenario yang menghebohkan itu. Dia mengaku hanya membantu sang ibu.

Berikut wawancara lengkapnya, yang disertai foto teks asli 'Dedication of Life' yang dikirimkan Prananda kepada merdeka.com:

Bisa diceritakan latar belakang sejarah 'Dedication of Life' yang dibacakan Bung Karno?

Sepengetahuan saya kali pertama Bung Karno mengucapkan kalimat 'Dedication of Life' ditujukan kepada para atlet yang akan mempersiapkan diri mengikuti Asian Games, pada tahun 1962. Kalimat tersebut kemudian sering diucapkan dalam berbagai pidato beliau, dan menemui bentuknya menjadi tulisan/amanat seperti yang dikenal pada tahun 1966. Mungkin di tahun ini Bung Karno ingin mempertegas komitmennya dalam mengabdi kepada Tuhan, kepada Tanah Air, kepada Bangsa. Tetapi yang saya pahami, demikian pula Ibu Megawati, amanat tersebut merupakan ajakan untuk seluruh rakyat Indonesia. Ajakan untuk mengabdi kepada Tuhan, kepada Tanah Air, kepada Bangsa. Hal ini harus dilakukan oleh seluruh kader PDI Perjuangan, demikian kata Ibu Megawati kepada saya.

Saya dengar, Anda ikut terlibat di balik pembacaan 'Dedication Of Life' oleh Jokowi . Bisa diceritakan?

Amanat Bung Karno, 'Dedication Of Life' bukanlah suatu hal yang baru di PDI Perjuangan. Kali pertama disampaikan pada tahun 2012, tepatnya bulan Februari tanggal 23 saat Ibu Megawati menyampaikan pidatonya pada pembukaan Pendidikan Kader Pendidik PDI Perjuangan di Yogyakarta.

Beliau ingin memberikan motivasi kepada seluruh kader partai agar berjuang untuk mewujudkan politik sebagai pengabdian; politik yang berpihak kepada rakyat kecil dan politik sebagai perjuangan mewujudkan cita-cita bersama. Untuk itu, beliau ingin menyitir kalimat Bung Karno yang berkaitan dengan daya juang dan semangat pengabdian terhadap Tuhan, kepada Tanah Air dan kepada Bangsa.

Seperti yang sudah saya sampaikan pada merdeka.com pada wawancara tertulis sebelumnya, karena minat saya yang besar dalam mendokumentasikan tulisan-tulisan Bung Karno, saya ditugaskan oleh Ibu Megawati untuk mencari dokumen berupa tulisan tangan surat Bung Karno yang ditujukan kepada seorang sahabatnya, yang diberikan judul 'Dedication of Life'.

Sejak itulah 'Dedication of Life', dan Pancasila tentunya, wajib dibacakan dalam kegiatan partai yang sifatnya resmi. Biasanya Pancasila dan 'Dedication of Life' dibacakan oleh struktur partai atau kader partai yang dinilai mempunyai prestasi.
Teks 'Dedication of Life' (koleksi Prananda Prabowo)

Siapa yang biasanya ditugaskan membacakan 'Dedication of Life'?

Arahan Ibu Ketua Umum 'Dedication of Life' dibacakan oleh Ketua Ranting atau jajaran Pengurus Ranting. Ranting adalah struktur partai di tingkat desa. Rantinglah yang bergelut dengan persoalan rakyat sehari-hari. Karena itu, Ketua Ranting atau jajaran Pengurus Ranting ditugaskan untuk membacakan 'Dedication of Life', sebagai simbolisasi dialektika politik yang turun ke bawah sebagaimana menjadi arahan Ibu Ketua Umum, juga untuk mempertegas politik sebagai pengabdian. 'Dedication of Life' merupakan antitesa dari pragmatisme politik. Makna inilah yang ingin disampaikan oleh Ibu Megawati.

Mengapa 'Dedication of Life' dan bukan kutipan Bung Karno yang lain yang dipilih oleh untuk dibacakan Jokowi ?

Seperti yang sudah saya sampaikan di atas, bahwa 'Dedication of Life' merupakan antitesa dari pragmatisme politik. Dalam Rakernas III, Ibu Megawati kembali menyerukan pentingnya semangat dan daya juang karena itu dalam pidatonya beliau menyitir 'Dedication of Life'. Namun kali ini yang disitir oleh beliau pidato Bung Karno ketika menerima gelar Doktor Honoris Causa di ITB tahun 1962.

"Dedicate kita punya hidup ini untuk suatu cita-cita yang tinggi. Dan dedication of life kita yang tertinggi ialah membuat Indonesia gemah ripah loh jinawi, membuat Indonesia satu tanah air yang besar, membuat Indonesia ini Negara yang kuat, membuat Indonesia ini satu masyarakat yang adil dan makmur. Dan kita harus dedicate kita punya hidup kepada cita-cita ini". Demikian ucapan Bung Karno yang disitir Ibu Megawati.

Dalam tatanan pelaksanaan seremoni pembukaan Rakernas III, teks Pancasila dibacakan oleh Pak Sidarto Danusubroto, beliau adalah salah satu kader tertua di partai yang sekarang menjabat sebagai Ketua MPR dan Pak Joko Widodo, kader partai yang menjadi Gubernur DKI Jakarta membacakan 'Dedication of Life'.

Ibu Megawati meminta kedua tokoh ini karena keduanya mewakili generasi yang berbeda. Kehadiran keduanya ingin menunjukkan dua hal penting; pertama, kesinambungan generasi yang terus terawat dalam diri PDI Perjuangan. Dan kedua, bahwa sekali pun berangkat dari generasi yang berbeda, keduanya dipertemukan oleh hal yang sama: Pancasila dan kehendak kuat untuk mengabdikan diri bagi bangsa. Dan keduanya berasal dari sumber yang sama: Bung Karno.
Kontributor Artikel & Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.

www.MestiMoco.com
Share:

Kamis, September 12, 2013

Jawaban PDI Perjuangan untuk Amien Rais

PDIP.kabmalang.com - Jakarta - PDI Perjuangan merasa tergelitik dengan pernyataan Ketua Majelis Pertimbangan Partai Amanat Nasional (PAN), Amien Rais, yang menyebut Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo bukan seorang nasionalis.
Wasekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, menjelaskan Amien Rais meragukan nasionalisme Jokowi dengan menyatakan bahwa kebijakan privatisasi Indosat dan kebijakan BPPN di era kepemimpinan Megawati Soekarnoputri berlawanan dengan semangat nasionalisme.
"Ini saya kritik keras. Kalau berbicara tentang privatisasi, harus diingat bahwa Ibu Megawati melaksanakan ketetapan MPR. Saat itu Presiden sebagai mandataris MPR, dan Ketua MPR adalah Pak Amien Rais," tegas Hasto di Jakarta, Kamis (12/9).

"Justru Pak Amien lah yang menyebabkan agenda reformasi gagal. Harus diingat melalui Deklarasi Ciganjur, Pak Amien bersama dengan Gus Dur, Sri Sultan HB X, dan Megawati menandatangani komitmen di hadapan mahasiswa untuk tidak bekerja sama dengan kekuatan Orde Baru," beber Hasto.
"Namun justru Pak Amien yang mengingkari. Demi ambisi sebagai Ketua MPR, Pak Amien mengingkari deklarasi Ciganjur. Itulah pelanggaran etika politik terbesar pada awal Reformasi," ujarnya.

"Apakah beliau melaksanakan kewajibannya membayar pajak dengan baik. Bagaimana dengan sekolah Pak Amien yang terkenal sebagai sekolah paling mahal di Jogyakarta?" Tandas Hasto.

http://www.beritasatu..com/nasional
Kontributor Artikel & Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.

www.MestiMoco.com
Share:

Rabu, September 11, 2013

PDI Perjuangan Mulai Melekat di Hati Pemilih

PDIP.kabmalang.com - JAKARTA - Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan kini menjadi partai paling melekat di hati masyarakat, mengungguli partai-partai nasionalis lain seperti Golkar dan Demokrat. Demikian hasil jajak pendapat lembaga survei Alvara.

Kepala Riset Alvara, Hasanuddin Ali, mengatakan, PDI Perjuangan mulai mendapat tempat di hati pemilih muda berkat keberhasilan kader-kader muda partai berlambang banteng moncong putih ini di sejumlah pemilihan kepala daerah (pilkada).

"Temuan hasil survei, di mana tiga partai terpopuler yang memiliki top of mind atau paling melekat menurut masyarakat yaitu PDIP 30,9 persen, Partai Golkar 22,4 persen, Partai Demokrat 19,1 persen," kata Hasanuddin, Rabu (11/9/2013).

Lebih lanjut dia menjelaskan, hasil survei yang dibuatnya juga menempatkan Partai Golkar mengungguli PDIP dan Partai Demokrat berdasarkan popularitas sebagai partai di masyarakat.

"Secara umum, popularitas tiga partai yakni Partai Golkar 97,8 persen, Partai Demokrat 96 persen, dan PDIP 95,2 persen tertinggi di antara partai-partai lainnya," jelas Hasanuddin.

Survei Alvara ini dilakukan pada 15 Juli sampai 23 Agustus 2013 dengan sampel 1.532 responden dan margin error 2,5 persen. Survei dilakukan terhadap kelas menengah berpendidikan, pengetahuan sosial politik yang lebih baik, dan senang bersosialisasi. Adapun wilayah survei di Jabodetabek, Medan, Surabaya, Makasar, Bandung dan Semarang.

(ded)
http://pemilu.okezone.com/read/2013/09/11/568/864354/pdip-mulai-melekat-di-hati-pemilih

Kontributor Artikel & Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.

www.MestiMoco.com
Share:

Minggu, September 08, 2013

Raksaksa Dunia

PDIP.kabmalang.com -

Entah dimana, pernah kubaca semacam percakapan Bung Karno dengan seorang anak kecil. Kureka ulang percakapan itu dengan kata-kataku sendiri.

"Nak", sapa Bung Karno pada seorang anak Indonesia, "Hayo, duduk disini, disebelah bapak. Bapak punya cerita"
Si anak langsung beringsut, mendekati Bapak sambil menampakkan wajah penasaran. "Cerita apa, Pak?"

"Dulu, dunia ini dihuni oleh raksasa-raksasa. Ya, raksasa!", Bung Karno memulai ceritanya. Reasi si anak yang tadi penasaran langsung berubah kecut.
"Oh! Aku kira cerita serius... raksasa... :x ada-ada aja Bapak ini."
"Serius ini Nak, benar-benar raksasa!" tangkis Bung Karno tersenyum jenaka. "Sekarang dengar ceritaku, dan kau akan terpukau "
* * *
Sampai detik itu, aku juga mengkerutkan dahi. Persis anak kecil diatas. Aku kira Putra Sang Fajar ini akan menceritakan filosofi Pancasila, perjuangan rakyat-rakyat Asia Afrika, atau kisah nyata heroik lainnya. "Cerita Raksasa"? Hah... cuma cerita dongeng....
Tapi, ternyata aku salah kira.
Salah besar!  
* * *

"Korporal kerdil hobi baca"
"Dulu, Nak, raksasa-raksasa itu benar-benar ada di dunia. Mereka berjalan seperti kita diatas tanah yang sama kita pijak, tapi mereka bukan manusia biasa. Mereka raksasa!"

Bung Karno berhenti sejenak, melihat reaksi si anak yang masih kebingungan, lalu ia melanjutkan, "Raksasa itu ada yang bernama Napoleon, raksasa itu ada juga yang bernama George Washington, Jefferson, Karl Marx, Lennin, ada pula yang namanya Hitler, dan banyak lagi raksasa-raksasa gagah berani lain!"

"Mereka bukan raksasa, Pak!" sergah si anak, emosi. "Mereka manusia biasa. Bahkan Napoleon badannya kecil, jauh dari raksasa, sampai-sampai dipanggil Le Petit Corporal, si Kopral Kerdil"

Kali ini Bung Karno tersenyum lagi, "Heh Nak... kuno sekali caramu memandang dunia. Sampai kapan manusia terobsesi pada ukuran terus. Ukuran tak pernah jadi patokan, camkan itu. Gandhi-pun disebut orang besar, tapi badannya kecil sahaja, bukan? Jadi apa yang membuatnya jadi orang besar?"

Mata si anak mendongak, menunggu jawaban...

"Tidak lain tidak bukan, adalah pemikirannya. Ideologinya
. Dulu dunia seru dan berwarna karena para raksasa. Raksasa dalam pemikiran dan pendirian. Raksasa ideologi yang membuat dunia jadi berwarna-warni, jadi bergelora!" tukas Bung Karno.
Bung Karno bersama para pemimpin dunia


"Ah... aku tahu yang kau kau pikirkan," sergah Bung Karno saat melihat air muka sang anak hendak menyela, "Ya, ya, banyak yang bilang mereka penjahat, orang kejam, bahkan orang gila. Jangan pernah percaya sepenuhnya pada sejarah, Nak, karena sejarah selalu ditulis oleh pemenang. Contoh mudah saja, bila Indonesia tak merdeka dan masih dijajah Belanda, aku yakin kau akan diberitahu lewat buku-buku sekolahmu bahwa aku adalah seorang pemberontak, seorang bandit celaka!"
(lebih lengkap tentang demonisasi tokoh sejarah bisa dilihat disini)

"Ah, aku rindu dunia yang dulu..." kata Bung Karno, menerawang," George Washington membawa angin baru  menampar imperialisme Inggris dengan Declaration of Independent, Karl Marx melahirkan ideologi baru demi nasib kaum buruh di Eropa. Hitler, Napoleon, semua orang kecil yang mampu memukau jutaan rakyat mereka. Tak masuk akal bila mereka jahat sempurna, sementara mereka berdiri didepan jutaan rakyat yang mendukung dengan berapi-api."


Che Guevara menyambut pemimpin Gerakan NonBlok
"Merekalah raksasa-raksasa yang tidak sekadar numpang hidup di dunia, mereka ikut memelintir, memeras, membentuk dunia yang mereka hidupi itu! Berusaha mewujudkan cita-cita pemikiran, menularkan gagasan dan ide-ide baru pada dunia. Mereka raksasa-raksasa yang sangat hebat !"

"Bagaimana dengan duniamu, Nak? Masihkah ada raksasa disana? Masihkah ada orang berhati seluas dan sekeras samudera yang semangatnya memukul-mukul dunia?"

* * *

Aku mendadak teringat pada kata-kata Ayahku dirumah dulu. Saat itu aku libur dari kuliah di Jakarta, dan kami duduk selonjoran di teras sambil melihat matahari tenggelam di sudut kabupaten Jembrana yang sepi.

Kutanya dia, "Ji, dulu, inget nggak pas Aji mengkritik togel yang marak di Jembrana di Balipost? Sampai pas aku pulang dari sekolah, aku lihat Aji lagi diintogasi tiga intel di rumah sambil nunjuk-nunjuk aku."


"Ingat lah..." kata Aji ku sambil nyengir. "Besoknya dipanggil ke kantor polisi buat diintrogasi lagi. Tiga jam, haha !"
Kutanyai dia lagi, "ngobrolin apa aja disana?"

Aji ku berkata, "Polisinya bilang, bapak sadar nggak kalau bapak ini membuat banyak orang tidak nyaman karena "pemasukannya" terganggu? Aji langsung aja tunjuk kamu yang lewat pulang dari sekolah sambil bilang gini, saya selalu suruh anak baca Vivekananda, buku yang Soekarno baca di penjara. Saya suruh dia ingat kalimat di bab I halaman 3 yang digarisbawahi Bung Karno, katakanlah hanya kebenaran walaupun sedang ada ujung pedang terhunus di lehermu."

Aku manggut-manggut, dan Aji melanjutkan, "camkan baik-baik ini, De, ini kata Zainnudin MZ. Saat kita mati nanti, Tuhan akan bertanya "apa yang sudah kau lakukan", dan bukannya "apa yang kau lakukan berhasil atau tidak". Pegang prinsip, punyai hati raksasa walau badan kecil..."

Kontributor Artikel & Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.

www.MestiMoco.com
Share:

Jumat, September 06, 2013

"Dedicatio​n of Life"

PDIP.kabmalang.com -

"Saja adalah manusia biasa.
Saja tidak sempurna.
Sebagai manusia biasa, saja tidak luput dari kekurangan dan kesalahan.
Hanja kebahagiaanku ialah dalam mengabdi kepada Tuhan, kepada Tanah Air, kepada bangsa.
Itulah dedication of life-ku.
Djiwa pengabdian inilah jang mendjadi falsafah hidupku, dan menghikmati serta mendjadi bekal hidup dalam seluruh gerak hidupku.
Tanpa djiwa pengabdian ini saja bukan apa-apa.
Akan tetapi, dengan djiwa pengabdian ini, saja merasakan hidupku bahagia dan manfaat.


Soekarno, 10 September 1966".


Kontributor Artikel & Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.

www.MestiMoco.com
Share:

Kamis, September 05, 2013

Ketua PC Bamusi Menang Pilkada

PDIP.kabmalang.com -
KETUA Pengurus Cabang Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) Mojokerto H Mas'ud Yunus dan Ketua PC Bamusi Probolinggo Suhadak memenangi pilkada setempat, kemarin. Mas'ud Yunus sebagai cawali berpasangan dengan cawawali Suyitno unggul di Pilwali Mojokerto, sedang Suhadak sebagai cawawali mendampingi cawali Hj Rukmini, menang di Pilwali Probolinggo
Pasangan calon Hj. Rukmini-Suhadak, Profesional, Amanah, dan Santun (Harus PAS) unggul, setelah sejumlah lembaga yang melakukan penghitungan cepat (quick count) menempatkannya di posisi teratas dalam perolehan suara sementara.

Quick count yang digelar Sekretaris Bersama Tim Pemenangan Harus PAS menempatkan paslon Hj Rukmini-Suhadak di posisi tertinggi dengan 38,60% suara. Disusul paslon Zulkifli Chalik-Maksum Subani (Zamzam) dan Dewi Ratih-Asad Anshari (Deras) 17,88%. Dan di posisi buncit, paslon Habib Hadi Zainal Abidin-Kusnan (Handalanku) 13,97%.

Keunggulan Harus PAS juga terlihat dari hasil penghitungan dua lembaga independen yakni, Survei Prima Mandiri Indonesia (Supremasi) dan Bedug Institute. Hasil quick count Supremasi menunjukkan, Harus PAS menang dengan 35,17% suara. Disusul Zamzam 31,77%, Deras 18,34%, dan Handalanku 14,72%.

Versi Bedug Institute, posisi Harus PAS tetap teratas dengan 35,44% suara. Disusul Zamzam 32,6%, Deras 16,8%, dan Handalanku 15,1%. "Melalui penghitungan cepat, pada pukul 16.30, dari 5 kecamatan dan 29 kelurahan, pasangan Harus PAS unggul dalam perolehan suara," ujar Direktur Bedug Institute, Hasanudin.

Kemenangan Harus PAS disambut gembira pasangan Rukmini-Suhadak dan para pendukungnya di Sekber Tim Pemenangan Harus PAS di Jl. Raya Bromo, Kota Probolinggo, Kamis tadi malam. "Syukur alhamdulillah, peroleh suara Harus PAS tertinggi," ujar Rukmini didampingi Suhadak.

Sementara, dalam Pilwali Mojokerto, sejumlah quick count lembaga survei dan tim pemenangan beberapa calon menempatkan pasangan Mas'ud Yunus-Suyitno (MY) peraih suara tertinggi dengan 48 persen. Pesaing utama pasangan ini adalah Ayub Busono-Mulyadi (Abdi) dengan raihan 38 persen disusul empat pasangan lain.

Penyelenggara pemilu di Kota Mojokerto ini akan melakukan penghitungan resmi pada tanggal 5 sampai 7 September 2013. (pri) 
 
Sumber : http://www.pdiperjuangan-jatim.org/
Kontributor Artikel & Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.

www.MestiMoco.com
Share:

Kamis, Agustus 29, 2013

Bung Karno, Ahmadinejad, dan Ideologi

PDIP.kabmalang.com -
Bung Karno, Ahmadinejad, dan Ideologi Kesederhanaan
Bung KarnoKE-Dua pemimpin itu hidup di era berbeda, Bung Karno dan Mahmud Ahmadinejad. Tapi, keduanya memiliki karakter kepemimpinan yang sama: Berani menantang secara terbuka dominasi Dunia Barat, penganut pola hidup sederhana, jauh dari sikap dan perilaku hedonism, dan bukan tipe pemimpin yang gandrung mengumpulkan harta benda dengan cara menggarong uang rakyat dan negara yang dipimpinnya.
Bung Karno itu proklamator kemerdekaan RI dan tokoh penting Benua Asia yang berjuang keras mengakhiri imperialisme dan kolonialisme Barat di negara-negara Asia. Bung Karno penggagas Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung yang monumental itu. Bung Karno juga inspirator dan penggerak gerakan Non BLok bersama Presiden Yugoslavia Josip Broz Tito, Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru, dan banyak tokoh Asia lain.
Bung Karno memang beberapa kali masuk penjara dan berstatus tahanan rumah. Dia pernah ditahan di penjara Sukamiskin Bandung karena pidato politiknya yang menyerang pemerintahan Kolonial Belanda. Pernah dibuang ke Pulau Ende dan Digul (Papua). Itu semata-mata karena kiprah dan gerakan politik Bung Karno untuk memerdekakan bangsanya.
Idem dito dengan Ahmadinejad. Dia sekarang jadi simbol perlawanan dunia Tumur terhadap dunia Barat. Sikap dan kebijakan politik Ahmadinejad sangat keras terhadap negara-negara Barat. Iran di bawah kepemimpinannya adalah Iran yang berdaulat, terhormat, dan disegani banyak negara berkembang lain, karena sikap politiknya yang tak mau membebek negara- negara maju (Barat).
Leadership skill Ahmadinejad diapresiasi tinggi rakyatnya, sehingga mantan walikota Teheran itu terpilih sebagai presiden baru Iran 2 periode setelah menjabat sekitar 2 tahun walikota Teheran. Kesederhanaan Ahmadinejad tak hanya bisa dilihat dari cara dia berpakaian dan berpenampilan. Kesederhanaan itu tergambar ketika dia memperlakukan keluarga besarnya.
Tak ada fasilitas negara yang dia gunakan saat ada kegiatan keluarga yang tidak ada hubungannya dengan urusan negara. Fakta itu tergambar nyata beberapa bulan lalu di tahun 2011. Saat pernikahan putra kedua Presiden Ahmadinejad bernama Alireza Ahmadinejad dengan keponakan Syahid Kaveh, resepsi pernikahan Alireza sangat jauh dari kemewahan dan gemerlapan.
Mengutip Liputan6.com, seorang blogger bernama Javad Matin, yang juga merupakan salah satu undangan keluarga Ahmadinejad, menulis pengalamannya menghadiri pernikahan sederhana itu. Menurut Matin, kesederhanaan terasa di mana-mana dalam pesta tersebut. Terbukti dari cara tamu dijamu. Hal ini juga bisa dilihat dari mobil yang digunakan untuk mengantar pengantin dan jumlah tamu undangan yang tidak lebih dari 200 orang.
Acara dibuka dengan pengajian yang dilakukan di halaman belakang Beyt atau Istana Kepresidenan. Acara pun dilanjutkan dengan makan malam bersama pengantin pria di ruangan utama bangunan itu dan diakhiri dengan berdoa bersama demi kelanggengan rumah tangga Alireza dan istrinya. Pernikahan itu hanya menelan biaya 3,5 juta Toman atau sekitar Rp 30 juta.
Padahal, Iran adalah negara kaya dan tingkat kemakmuran rakyatnya jauh lebih tinggi dibanding rakyat Indonesia. Sekadar gambaran, ekspor minyak Iran di tahun 2011 ini mencapai 3,92 juta barel per hari. Cadangan minyak Iran, sebagai produsen minyak mentah kelima terbesar dunia, mencapai 155 miliar barrel.
Bandingkan dengan Indonesia yang tingkat produksi minyaknya tahun 2011 ini tidak sampai 930 ribu barel per hari. Jumlah penduduk Indonesia sangat- sangat jauh lebih besar dibandingkan jumlah penduduk Iran. Sehingga berdasar kalkulasi sederhana berpedoman dari penerimaan negara dari minyak, sangat jelas kas negara Iran jauh lebih banyak dibanding Indonesia. Pemanfaatan keuangan negara untuk kepentingan kemakmuran rakyat Iran jauh lebih besar probabilitasnya dibanding rakyat Indonesia.
Potret kesederhanaan itu juga tergambar pada Bung Karno dalam banyak perspektif. Sebagaimana dikatakan politikus Partai Golkar, Bambang Soesatyo sebagaimana dikutip Tribunnews, pada tahun 1969, Soekarno di tengah sakit ginjalnya yang parah, menghadiri pernikahan anaknya Rahmawati Soekarnoputri dengan Martomo Pariatman Marzuki atau Tommy.
Pernikahan itu jauh dari kemewahan, dalam kondisi yang amat prihatin. Pernikahan cukup berlangsung di rumah Ibu Fatmawati di Jalan Sriwijaya, Kebayoran, Jakarta Selatan. Bung Hatta datang ke pernikahan itu dan memberi selamat kepada Rahma. Tiba-tiba terbuka pintu dan ada beberapa tentara. Di antara kerumunan tentara itu ada Bung Karno yang memakai jas hitam agak kedodoran dengan muka bengkak-bengkak.
Tentu saja semua mata tertuju ke Bung Karno, proklamator kemerdekaan RI yang baru saja dilengserkan dari jabatannya sebagai presiden dalam SI MPRS. Hatta mengusap air mata dan tersedu-sedu melihat Soekarno. Fatmawati langsung berlari dan menciumi suaminya itu. Demikian pula anak Soekarno yang lain. Tak ada gambaran bahwa saat itu adalah pernikahan anak mantan presiden RI pertama, pernikahan anak bapak pendiri bangsa, pernikahan anak yang bapaknya keluar masuk penjara berkali-kali karena ingin bangsa dan negaranya merdeka, pernikahan anak yang bapaknya sepanjang hidupnya diabdikan 100% untuk bangsa dan rakyatnya.
Pernikahan Rahmawati-Martomo Pariatman Marzuki, kata Bambang Soesetyo, adalah satu-satunya acara pernikahan Bung Karno untuk anaknya yang ia hadiri. Itu adalah tragedi memilukan dari seorang yang mendirikan bangsa ini. Pernikahan itu berlangsung khikmad dan sangat sederhana. Pernikahan itu sungguh sepi dari pernak-pernik adat dan budaya lokal yang kerapkali mewarnai pernikahan agung anak penguasa dan penggede negara. [air]
Sumber: Berita Jatim
Kontributor Artikel & Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.

www.MestiMoco.com
Share:

Kamis, Agustus 22, 2013

Rakernas I

PDIP.kabmalang.com -
Megawati: 5 Pokok Agenda Partai di 2012
ADA sejumlah pokok-pokok agenda penting partai di tahun depan seperti disampaikan Ketua Umum PDI Perjuangan Hj Megawati Soekarnoputri saat membuka Rapat Kerja Nasional I di Hotel Harris, Jl Peta, Bandung, Jawa Barat, Senin (12/12) siang.
MegawatiMenurut Mega, pokok-pokok agenda partai adalah untuk membangun harapan rakyat terhadap partai politik dan demi pengabdian terhadap bangsa dan negara. Pertama, jalan terjal ideologis yang dipilih PDI Perjuangan adalah jalan kerakyatan. Jalan terjal yang sangat keras. Lantaran itu, tegas Mega, "PDI Perjuangan tidak akan mentolelir setiap upaya yang mencederai empat pilar kebangsaan, yakni NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, dan UUD 1945."
Kedua, pemerintahan negara yang bebas korupsi adalah dasar bagi terwujudnya Indonesia yang berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.
Ketiga, perjuangan politik melalui DPR maupun MPR RI harus mengoreksi liberalisasi politik dan ekonomi. "Hal ini sangat mendasar karena bagi PDI Perjuangan, rakyat menghendaki kemakmuran, keadilan dan demokrasi yang sesungguhnya, bukan demokrasi yang seolah-olah, yang dikendalikan oleh kekuatan uang," kata Mega.
Keempat, platform perjuangan PDI Perjuangan menjadi model pengelolaan pemerintahan. Soal ini Mega bersyukur. Sebab, dari 10 kepala daerah di Indonesia yang dinyatakan terbaik, 6 di antaranya adalah kader PDI Perjuangan. "Demikian pula di tingkat pusat, kita harus terus meningkatkan kualitas diri agar menjadi kekuatan di luar pemerintahan yang mampu menawarkan kebijakan alternatif," kata Mega.
Kelima, membumikan ideologi melalui kerja-kerja ekonomi, politik, sosial dan budaya yang kongkrit adalah tugas ideologi dan sejarah setiap kader. "hal ini dapat diwujudkan melalui usaha perluasan medan juang dengan penugasan kader di tengah-tengah rakyat," tambah Mega.
Pokok-pokok agenda partai membutuhkan pimpinan yang berakar dari rakyat sendiri. Pemimpin yang seperti ini menurut Mega jauh lebih sulit ketimbang sekadar menjadi presiden. "Secara ideal, seorang presiden adalah pemimpin. Tetapi secara empirik hal ini tidak selalu berlaku," katanya.
Sebelumnya, Ketua Panitia Penyelenggara Rakernas I, Puan Maharani, dalam laporannya menyebutkan, acara dihadiri pengurus dari 33 Dewan Pimpinan Daerah, 71 DPC cabang pelopor, departemen dan badan tingkat pusat, sayap partai, dan koordinator wilayah luar negeri.
Sejumlah pejabat pemerintah maupun partai politik lain juga hadir pada acara tersebut. Di antaranya Gubernur dan Wakil Gubernur Jabar, Ahmad Heryawan-Yusuf Macan Effendi (Dede Yusuf), serta petinggi parpol Gerindra dan PKS. "Secara keseluruhan, 99 persen pihak yang kita undang hadir pada rakernas I ini," kata Puan.
Kontributor Artikel & Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.

www.MestiMoco.com
Share:

Kamis, Agustus 15, 2013

Proporsional Tertutup itu Demokrasi Indonesia

PDIP.kabmalang.com -
Proporsional Tertutup itu Demokrasi Indonesia
SALAH satu agenda penting Rapat Kerja Nasional I PDI Perjuangan di Bandung adalah membahas langkah partai mengembalikan sistem pemilu ke jalan demokrasi Indonesia sesungguhnya, sistem proporsional tertutup alias orang pilih partai.
Wasekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristyanto dalam keterangan persnya mengatakan, banyak masukan dari DPD yang menginginkan agar sistem pemilu proporsional tertutup diterapkan dalam pemilu-pemilu mendatang.
Demokrasi IndonesiaSemangat menjadikan pemilu dengan sistem orang pilih partai bukannya tanpa dasar. Pemilu 2009 dengan sistem proporsional terbuka alias orang pilih orang (caleg) menghasilkan legislatif yang tidak bertindak mewakili rakyat. Hal Itu sebagai konsekwensi transaski suara yang terjadi secara masif pada pemilu lalu.
Dampaknya, terjadi kapitalisasi di parlemen. Sejumlah RUU atau insisiatif perundangan sarat kepentingan asing. "Jika sudah begitu, lalu rakyat akan menegur siapa? Siapa yang akan dikontrol? Kepada partai jelas tidak bisa karena hak pilih yang diberikan saat itu langsung kepada caleg," tegas Hasto di lokasi rakernas, Hotel Harris, Jl Peta, Bandung.
Menggunakan sistem pemilu tertutup menurut Hasto juga bukan sebagai langkah mundur. Namun, "Mengembalikan demokrasi ke rel yang sebetulnya, demokrasi Indonesia yang sudah dirumuskan dengan baik oleh para pendiri negara ini," katanya.
Pada sistem ini, jelas Hasto, partai yang akan diuji. Caleg yang ditetapkan partai melalui nomor urut bisa dikontrol rakyat melalui partai. Memang, sebagian orang khawatir dalam penempatan nomor urut caleg adalah upaya partai melakukan transaksional. Dan bukan penempatan kader-kader terbaik dalam nomor urut yang diprioritaskan.
Namun, tandas Hasto, "Sekali lagi, di sinilah kualitas partai di uji. Di PDI Perjuangan, untuk merekomendasi caleg diatur dalam SK 031A. Dan jika ada yang terbukti memainkan (menjual surat rekomendasi), partai akan melakukan pemecatan. Sanksi itu sudah jelas. Pembuktiannya pun cukup mudah. Pelapor cukup menyatakan kesaksiannya soal transaski itu di atas meterai," jelas dia.
Kembali ke sistem proporsional tertutup juga menjadi fenomena yang dilakukan banyak negara dewasa ini. "Mereka tidak ingin mengorbankan rakyatnya kepada orang per orang (caleg). Sebab melalui partai, rakyat bisa melakukan kontrol," pungkas Hasto.
Kontributor Artikel & Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.

www.MestiMoco.com
Share:

Selasa, Agustus 13, 2013

Ganjar Pranowo Kampanye Jempol di Malang Raya

PDIP.kabmalang.com - Rencana kampanye pasangan yang diusung PDIP akan dimulai Selasa (13/8/2013). Gubernur Jateng terpilih, Ganjar Pranowo akan  ikut berkampanye di Malang Raya untuk pasangan Bambang DH-Said Abdullah atau dikenal dengan ikon jempol. .
Wito Argo, Sekretaris DPC PDIP Kota Batu, mengatakan Ganjar akan datang dan melakukan kampanye simpatik kepada masyarakat Batu. Bambang DH sendiri akan menemui petani untuk menyerap aspirasi dan mengkampanyekan program pembangunan pertanian di Batu.

Ganjar ditugaskan PDIP untuk memperjuagkan kemenangan pasangan Jempol. Untuk menjadikan  gubernur  Jatim, Jempol harus mengalahkan pasangan petahana Soekarwo-Saifullah Yusuf (KarSa), dan pasangan Khofifah Indar Parawansa-Herman Surjadi Sumawiredja (Berjah), serta pasangan independen  Eggi-Sihat.

Ganjar yang baru saja memenangkan Pilgub Jateng mengalahkan calon petahana beberapa bulan lalu. Rencananya, politisi PDIP yang dilantik tanggal 23 Agutus 2013 akan datang. PDIP menugaskan Ganjar untuk meraup semua suara kaum abangan di Malang Raya. Mengingat, selama ini, Malang Raya identik dengan PDIP. 

Kontributor Artikel & Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.

www.MestiMoco.com
Share:

Kamis, Agustus 08, 2013

Said Aqil: NU-PDI Perjuangan Tak Dapat Dipisahkan

PDIP.kabmalang.com -Said Aqil: NU-PDI Perjuangan Tak Dapat Dipisahkan

"NAHDLATUL Ulama (NU) tidak dapat dipisahkan dari PDI Perjuangan. Apabila ada upaya-upaya memisahkan keduanya, itu namanya ahistoris," tandas Ketua Umum PB NU, Dr KH Said Aqil Siradj, saat menerima audiensi Pengurus Pusat Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) di kantor PB NU Jl Kramat Raya 164 Jakarta, Jumat sore (2/12).
said aqil siradjDalam sejarahnya, urai Said Aqil, tokoh-tokoh Nahdliyin bersahabat karib dengan tokoh-tokoh nasionalis, misalnya KH Wahid Hasyim bersahabat dengan Bung Karno, dan Gus Dur dengan Megawati Soekarnoputri. Kebersamaan antara NU dengan PDI Perjuangan tersebut, kata Said Aqil, akan tetap dilanjutkan.
Said Aqil yang didampingi Sekretaris Jendral PBNU H Marsyudi Suhud, Wasekjen Imadadun Rahmat dan Bendahara Umum H Bina Suhendra menyarankan agar Bamusi yang merupakan organisasi sayap PDI Perjuangan, senantiasa menonjolkan Islam Rahmat. Yaitu nilai-nilai ajaran Islam yang tampil dengan wajah ramah, sejuk, berwawasan budaya dan berpihak pada kaum lemah tanpa memandang latar belakangnya.
"Asalkan mengedepankan program berpihak pada kaum lemah, maka dengan sendirinya Baitul Muslimin Indonesia akan laku dan mendapat tempat tersendiri di tengah masyarakat," tandas Said Aqil yang juga anggota Dewan Pembina PP Bamusi.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Baitul Muslimin Indonesia, Nurmansyah E Tanjung yang memimpin delegasi mengatakan, bahwa audiensi dengan PB NU bagaikan kunjungan seorang anak kepada orang tuanya. Pasalnya, kelahiran Bamusi pada 29 Maret 2007 lalu dibidani Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.
Sedang soal audiensi PP Bamusi dengan PB NU, jelas Nurmansyah, pertama, untuk silaturahmi dan perkenalan pengurus baru masa bakti 2010-2015. Untuk saling mengenal dan memahami peran dan posisi masing-masing dalam konteks pembinaan umat serta memperkokoh pilar-pilar kebangsaan. Dan diharapkan tercipta komunikasi dan kerjasama yang lebih produktif.
Kedua, sinergitas program, yakni untuk merumuskan program-program yang bisa langsung menyentuh kehidupan umat. Pemberdayaan adalah kata kuncinya, mengingat basis sosial NU dan PDI Perjuangan adalah sama: kaum dhu'afa dan mustadh'afien. Pemberdayaan melingkupi bidang sosial, ekonomi, politik dan sebagainya secara menyeluruh.
Ketiga, memperkokoh pilar kebangsaan, sebagai salah satu agenda pokok yang harus dirumuskan menjadi program bersama. Dalam konteks ini, justru yang paling utama dengan menyegarkan kembali wawasan dan pemahaman keagamaan, sehingga tidak akan terjadi lagi benturan-benturan ideologis dan atau kepentingan semata yang hanya memanfaatkan legitimasi keagamaan.
Keempat, "Masukan dan saran pembinaan dari PBNU untuk Bamusi sangat diharapkan agar organisasi ini bisa berjalan dengan baik dan bermanfaat untuk bangsa," papar Nurmansyah E Tanjung.

Kontributor Artikel & Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.

www.MestiMoco.com
Share:

Minggu, Agustus 04, 2013

Sejarah PDI Perjuangan (3) dari 3

PDIP.kabmalang.com -Sejarah PDI Perjuangan

Konflik internal terus berlanjut sampai dengan dilaksanakannya Kongres IV PDI di Medan. Kongres IV PDI diselenggarakan tanggal 21-25 Juli 1993 di Aula Hotel Tiara, Medan, Sumatera Utara dengan peserta sekitar 800 orang. Dalam Kongres tersebut muncul beberapa nama calon Ketua Umum yang akan bersaing dengan Soerjadi, yakni Aberson Marle Sihaloho, Budi Hardjono, Soetardjo Soerjogoeritno dan Tarto Sudiro, kemudian muncul nama Ismunandar yang merupakan Wakil Ketua DPD DKI Jakarta.
Budi Hardjono saat itu disebut-sebut sebagai kandidat kuat yang didukung Pemerintah. Tarto Sudiro maju sebagai calon Ketua Umum didukung penuh oleh Megawati Soekarnoputri. Saat itu posisi Megawati belum bisa tampil mengingat situasi dan kondisi politik masih belum memungkinkan.
Kongres IV PDI di Medan dibuka oleh Presiden Soeharto dan acara tersebut berjalan lancar. Namun beberapa jam kemudian acara Kongres menjadi ricuh karena datang para demonstran yang dipimpin oleh Jacob Nuwa Wea mencoba menerobos masuk ke arena sidang Kongres namun dihadang satuan Brimob. Acara tetap berlangsung sampai terpilihnya kembali Soerjadi secara aklamasi sebagai Ketua Umum, namun belum sampai penyusunan kepengurusan suasana Kongres kembali ricuh karena aksi demonstrasi yng dipimpin oleh Jacob Nuwa Wea berhasil menerobos masuk ke arena Kongres. Kondisi demikian membuat pemerintah mengambil alih melalui mendagri Yogie S Memed mengusulkan membentuk caretaker. Dalam rapat formatur yang dipimpin Latief Pudjosakti Ketua DPD PDI jatim pada tanggal 25-27 Agustus 1993 akhirnya diputuskan susunan resmi caretaker DPP PDI .

Setelah gagalnya Kongres IV PDI yang berlangsung di Medan, muncul nama Megawati Soekarnoputri yang diusung oleh warga PDI untuk tampil menjadi Ketua Umum. Megawati Soekarnoputri dianggap mampu menjadi tokoh pemersatu PDI. Dukungan tersebut muncul dari DPC berbagai daerah yang datang kekediamannya pada tanggal 11 September 1993 sebanyak lebih dari 100 orang yang berasal dari 70 DPC. Mereka meminta Megawati tampil menjadi kandidat Ketua Umum DPP PDI melalui Kongres Luar Biasa (KLB) yang digelar pada tanggal 2-6 Desember 1993 di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya.

Dukungan terhadap Megawati semakin kuat dan semakin melejit dalam bursa calon Ketua Umum DPP PDI. Muncul kekhawatiran Pemerintah dengan fenomena tersebut. Pemerintah tidak ingin Megawati tampil dan untuk menghadang laju Megawati ke dalam bursa pencalonan Ketua Umum, dalam acara Rapimda PDI Sumatera Utara tanggal 19 Oktober 1993 yang diadakan dalam rangka persiapan KLB muncul larangan mendukung pencalonan Megawati.

Kendati penghadangan oleh Pemerintah terhadap Megawati untuk tidak maju sebagai kandidat Ketua Umum sangat kuat, keinginan sebagian besar peserta KLB untuk menjadikan Megawati sebagai Ketua Umum DPP PDI tidak dapat dihalangi hingga akhirnya Megawati dinyatakan sebagai Ketua Umum DPP PDI periode 1993-1998 secara de facto.

Untuk menyelesaikan konflik PDI, beberapa hari setelah KLB, Mendagri bertemu Megawati, DPD-DPD dan juga caretaker untuk menyelenggarakan Munas dalam rangka membentuk formatur dan menyusun kepengurusan DPP PDI. Akhirnya Musyawarah Nasional (Munas) dilaksanakan tanggal 22-23 Desember 1993 di Jakarta dan secara de jure Megawati Soekarnoputri dikukuhkan sebagai Ketua Umum DPP PDI. Dalam Munas ini dihasilkan kepengurusan DPP PDI periode 1993-1998.

Berakhirnya Munas ternyata tidak mengakhiri konflik internal PDI. Kelompok Yusuf Merukh membentuk DPP PDI Reshuffle walau tidak diakui oleh Pemerintah namun kegiatannya tidak pernah dilarang. Disamping itu kelompok Soerjadi sangat gencar melakukan penggalangan ke daerah-daerah dengan tujuan untuk mendapatkan dukungan menggelar Kongres. Dari 28 pengurus DPP PDI, 16 orang anggota DPP PDI berhasil dirangkulnya untuk menggelar Kongres.

Ketua Umum DPP PDI, Megawati Soekarnoputri menolak tegas diselenggarakannya “Kongres”, kemudian pada tanggal 5 Juni 1996, empat orang deklaratir fusi PDI yakni Mh Isnaeni, Sabam Sirait, Abdul Madjid dan Beng Mang Reng Say mengadakan jumpa pres menolak Kongres.

Kelompok Fatimah Achmad yang didukung oleh Pemerintah tetap menyelenggarakan Kongres pada tanggal 2-23 Juni 1996 di Asrama Haji Medan dengan didukung penjagaan yang sangat ketat dari aparat keamanan lengkap dengan panser. Pagar Asrama Haji tempat kegiatan berlangsung ditinggikan dengan kawat berduri setinggi dua meter. Disamping itu di persimpangan jalan dilakukan pemeriksaan Kartu Tanda Penduduk terhadap orang-orang yang melintas.

Warga PDI yang tetap setia mendukung Megawati demonstrasi secara besar-besaran pada tanggal 20 Juni 1996 memprotes Kongres rekayasa yang diselenggarakan oleh kelompok Fatimah Achmad, demontrsi itu berakhir bentrok dengan aparat dan saat ini dikenal dengan “Peristiwa Gambir Berdarah”.

Meskipun masa pendukung Megawati yang menolak keras Kongres Medan, namun Pemerintah tetap mengakui hasil Kongres tersebut. Pemerintah mengakui secara formal keberadaan DPP PDI hasil Kongres Medan dan menyatakan PDI hasil Kongres Medan sebagai peserta Pemilu tahun 1997. Tanggal 25 Juli 1996 Presiden Soeharto menerima 11 pengurus DPP PDI hasil Kongres Medan yang dipimpin oleh Soerjadi selaku Ketua Umum dan Buttu Hutapea selaku Sekretaris Jenderal. Hal ini semakin membuat posisi Megawati dan para pengikutnya semakin terpojok.

Masa pendukung Megawati mengadakan “Mimbar Demokrasi” dihalaman Kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro hingga pada tanggal 27 Juli 1996, kantor DPP PDI diserbu oleh ratusan orang berkaos merah yang bermaksud mengambil alih kantor DPP PDI. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan Peristiwa “Sabtu Kelabu 27 Juli” yang banyak menelan korban jiwa.

Pasca peristiwa 27 Juli, Megawati beserta jajaran pengurusnya masih tetap eksis walaupun dengan berpindah-pindah kantor dan aktivitas yang dilakukan dibawah pantauan Pemerintah. Pada Pemilu 1997 Megawati melalui Pesan Hariannya menyatakan bahwa PDI dibawah pimpinannya tidak ikut kampanye atas nama PDI. Pemilu 1997 diikuti oleh PDI dibawah kepemimpinan Soerjadi dan hasil Pemilu menunjukan kuatnya dukungan warga PDI kepada Megawati karena hasil Pemilu PDI merosot tajam dan hanya berhasil meraih 11 kursi DPR.

Tahun 1998 membawa angin segar bagi PDI dibawah kepemimpinan Megawati.Di tengah besarnya keinginan masyarakat untuk melakukan reformasi politik, PDI dibawah kepemimpinan Megawati kian berkibar. Pasca Lengsernya Soeharto, dukungan terhadap PDI dibawah kepemimpinan Megawati semakin kuat, sorotan kepada PDI bukan hanya dari dalam negeri tetapi juga dari luar negeri.

Pada tanggal 8-10 Oktober 1998, PDI dibawah kepemimpinan Megawati menyelenggarakan Kongres V PDI yang berlangsung di Denpasar Bali. Kongres ini berlangsung secara demokratis dan dihadiri oleh para duta besar negara sahabat. Kongres ini disebut dengan “Kongres Rakyat”. Karena selama kegiatan Kongres berlangsung dari mulai acara pembukaan yang diselenggarakan di lapangan Kapten Japa, Denpasar sampai acara penutupan Kongres, jalan-jalan selalu ramai dipadati warga masyarakat yang antusias mengikuti jalannya Kongres tersebut.

Di dalam Kongres V PDI, Megawati Soekarnoputri terpilih kembali menjadi Ketua Umum DPP PDI periode 1998-2003 secara aklamasi.

Didalam Kongres tersebut, Megawati diberi kewenangan khusus untuk mengambil langkah-langkah organisatoris dalam rangka eksistensi partai, NKRI dan UUD 1945, kewenangan tersebut dimasukan di dalam AD-ART PDI. Meskipun pemerintahan sudah berganti, namun yang diakui oleh Pemerintah adalah masih tetap PDI dibawah kepemimpinan Soerjadi dan Buttu Hutapea. Oleh karenanya agar dapat mengikuti Pemilu tahun 1999, Megawati mengubah nama PDI menjadi PDI Perjuangan pada tanggal 1 Februari 1999 yang disahkan oleh Notaris Rakhmat Syamsul Rizal, kemudian dideklarasikan pada tanggal 14 Februari 1999 di Istoran Senayan Jakarta.

Pemilu tahun 1999 membawa berkah bagi PDI Perjuangan, dukungan yang begitu besarnya dari masyarakat menjadikan PDI Perjuangan sebagai pemenang Pemilu dan berhasil menempatkan wakilnya di DPR sebanyak 153 orang. Dalam perjalananya kemudian, Megawati terpilih sebagai Wakil Presiden mendampingi KH Abdurahman Wahid yang terpilih didalam Sidang Paripurna MPR sebagai Presiden Republik Indonesia Ke – 4.

Untuk pertama kalinya setelah berganti nama dari PDI menjadi PDI Perjuangan, pengurus DPP PDI Perjuangan memutuskan melaksanakan Kongres I PDI Perjuangan meskipun masa bakti kepengurusan DPP sebelumnya baru selesai tahun 2003. Salah satu alasan diselenggarakannya Kongres ini adalah untuk memantapkan konsolidasi organisasi Pasca terpilihnya Megawati sebagai Wakil Presiden RI.

Kongres I PDI Perjuangan diselenggarakan pada tanggal 27 Maret – 1 April 2000 di Hotel Patra Jasa Semarang-Jawa Tengah. Menjelang Kongres I PDI Perjuangan, sudah muncul calon-calon kandidat Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, nama yang muncul antara lain Dimyati Hartono yang saat itu masih menjabat sebagai Ketua DPP PDI Perjuangan, kemudian muncul pula nama Eros Jarot yang sempat menggalang DPC-DPC untuk mendukungnya. Di dalam pemandangan umum Cabang-Cabang, dari 243 DPC, hanya 2 DPC yang mengusulkan nama lain yaitu DPC Kota Jayapura dalam pemandangan umumnya mengusulkan 3 orang calon Ketua Umum yaitu Megawati, Dimyati Hartono dan Eros Jarot, kemudian DPC Kota Banjarmasin mengusulkan Eros Jarot sebagai KetuanUmum DPP PDI Perjuangan.

Kongres I PDI Perjuangan akhirnya menetapkan Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Umum DPP PDI Perjuangan periode 2000-2005 secara aklamasi tanpa pemilihan karena 241 dari 243 DPC mengusulkan nama Megawati sebagai Ketua Umum DPP PDI Perjuangan.


Kontributor Artikel & Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.

www.MestiMoco.com
Share:

Sabtu, Agustus 03, 2013

Pelestarian Seni Gamelan

PDIP.kabmalang.com -

BAMBANG DH tidak mau waktu senggangnya terlewati dengan percuma. Saat menunggu acara sosialisasi 4 pilar kehidupan berbangsa dan bernegara di kantor DPC PDI Perjuangan Kabupaten Ngawi, Sabtu (20/7) siang, calon gubernur Jawa Timur itu DH menikmati karawitan.

Saat kali pertama rombongan Bambang DH masuk halaman kantor DPC di Jl Kartini, sudah terdengar alunan suara gamelan. Ternyata, alunan suara seni khas Jawa itu berasal dari paduan perangkat gamelan yang ditabuh sekelompok ibu-ibu di ruangan kanan kantor DPC.

Bambang DH lantas mendekat ke ruangan, yang ternyata sebagai tempat latihan karawitan itu. Beberapa saat, Bambang DH mengabadikan ibu-ibu yang masih asyik menabuh gamelan.

Saat jeda latihan, penggendang yang satu-satunya pria di kelompok karawitan itu, menyalami Bambang DH. "Selamat datang, Pak. Yang sedang latihan di sini semua adalah pesinden di Kabupaten Ngawi," kata Parno Tembel, si penggendang, sekaligus yang melatih para pesinden.
Hartini, koordinator seniwati waranggono mengatakan, mereka berlatih menabuh gamelan untuk mengisi waktu luang. "Kalau tidak ada tanggapan, kami berlatih di sini," ujarnya.

Menurut dia, tidak ada alasan khusus mengapa pesinden itu ingin juga menguasai keterampilan menabuh gamelan. "Yah, kami hanya ingin bisa memainkan perangkat gamelan ini. Tidak hanya bisa jadi pesinden," ungkapnya, sambil tersenyum.

Meski demikian, dari latihan rutin yang sudah dilakukan sejak sekitar setahun lalu itu, para pesinden itu sudah mampu menabuh gamelan dengan baik. Bahkan tidak jarang mereka ditanggap pihak pemkab setempat dalam berbagai acara.

Bambang DH sendiri mengapresiasi kegiatan para pesinden se-Kabupaten Ngawi tersebut. Menurut dia, kesenian tradisional Jawa memang harus diupayakan pelestariannya oleh siapapun. Termasuk oleh para waranggono.

"Sip Bu. Silakan terus berlatih," katanya. Dia lantas menikmati alunan musik khas Jawa tersebut, dan mencoba ikut menabuh salah satu perangkat gamelan

Kontributor Artikel & Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.

www.MestiMoco.com
Share:

Jumat, Agustus 02, 2013

Pantang Mundur Menangakan Bambang - Said

PDIP.kabmalang.com -

Jangan Ada Keraguan Menangkan Bambang-Said untuk Jatim Baru
KETUA DPD PDI Perjuangan Jawa Timur H Sirmadji mengajak struktural Kabupaten Malang mencontoh Bambang DH. Yakni, pantang mundur saat mendapat amanah DPP PDI Perjuangan sebagai calon gubernur Jawa Timur.
Jangan Ada Keraguan Menangkan Bambang-Said untuk Jatim Baru"Mari kita ikhba (mencontoh) Pak Bambang DH, yakni saat keputusan rekomendasi sudah keluar, tidak ada pertanyaan lagi. Sudah tidak ada keraguan lagi. Hanya satu kata, menangkan Bambang DH-Said Abdullah," tegas Sirmadji, ada acara sosialisasi cagub-cawagub Bambang-Said yang digelar DPC PDI Perjuangan Kabupaten Malang, di gedung serba guna Desa Pakisaji, Kamis (6/6).

Ajakan senada disampaikan Sirmadji, dalam acara serupa yang digelar DPC PDI Perjuangan Kota Batu. Acara sosialisasi di Kota Batu, dilakukan sore hari di kantor DPC setempat.

Menurut Sirmadji, ada tiga hal pokok yang harus dilakukan untuk memenangkan Bambang-Said. Yakni, menjaga soliditas, dan memastikan mesin partai all out dengan semangat gotong royong.
"Ketiga, pastikan seluruh konstituen hasil raihan suara Pilbup Malang lalu, di mana jago PDI Perjuangan mendapat suara 27 persen tetap dijaga, dan menjadi modal dasar raihan suara untuk Pilgub Jatim," kata Sirmadji.

Sekretaris tim pemenangan Bambang-Said itu menambahkan, bukan sesuatu yang mustahil jika penantang bisa menumbangkan calon incumbent. "Itu artinya, kita bangun optimisme untuk menumbangkan incumbent," ucapnya.

Sementara, Bambang DH menyatakan salut dengan kader PDI Perjuangan Kabupaten Malang dan Kota Batu. Ciri-ciri petarung, kata Bambang, sudah ada pada kader Kabupaten Malang maupun Batu.

"Ciri-ciri kader PDI Perjuangan adalah petarung. Kalau ada yang masih ragu-ragu, lebih baik pulang saja," kata Bambang.

Di sela acara sosialisasi, Bambang DH sempat mengunjungi sentra tanaman bunga potong, di Desa Sidomulyo, Kota Batu. Selama di Sidomulyo, Bambang DH diantar beberapa jajaran pengurus DPC PDI Perjuangan setempat

Sumber : http://bambangsaid.com
Kontributor Artikel & Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.

www.MestiMoco.com
Share:

Kamis, Agustus 01, 2013

Gerakan Perempuan Terjebak Pola 1980-an

PDIP.kabmalang.com -
Gerakan Perempuan Terjebak Pola 1980-an


Pola gerakan aktivis perempuan di Indonesia sekarang terjebak era "jaman dulu" (jadul) pada pola periode 1980-an. Yakni, gerakan yang antinegara dan antipartai, sehingga tak sesuai kondisi kontemporer.
"Gerakan masyarakat sipil perempuan di Indonesia yang cenderung anti berhubungan dan berinteraksi secara langsung untuk membentuk jaringan dengan partai dan lembaga pemerintahan adalah konyol," kata politisi perempuan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan Eva Kusuma Sundari, dalam lokakarya bertema "Mendorong Peran Anggota Legislatif Perempuan dalam Penyusunan Program Legislasi Nasional dan Anggaran 2012 yang Adil Gender, di Jakarta, Rabu (18/1).
 Selain Eva yang juga merupakan anggota Komisi III DPR, hadir sebagai pembicara dalam lokakarya ini anggota DPR perempuan dari Partai Golkar Tetty Kadi dan legislator wanita dari Partai Demokrat Timo Pangerang.
Eva mengatakan, dalam era konsolidasi demokrasi seperti sekarang, yang dibutuhkan adalah aktivis yang mampu membangun koalisi dengan legislator dan pejabat publik pembuat kebijakan. "Setiap gerakan perempuan harus membuat peta politik untuk membentuk koalisi konspirasi, bahkan kolusi dalam arti bagus dengan anggota dewan atau dengan pejabat publik," kata Eva dalam acara yang digelar Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) ini
"Saya berharap bahwa gerakan masyarakat sipil perempuan di Indonesia adalah gerakan politik aspirasi, bukan representasi, sehingga apa yang mereka lakukan membawa perubahan positif bagi nasib kaum wanita Indonesia," kata Eva. Politik aspirasi yang dimaksud oleh Eva, adalah politik pada level subtansial yang melibatkan pembangunan hubungan dengan pejabat publik tingkat tinggi sehingga gerakan ini mampu mempengaruhi proses pembuatan kebijakan.
"Kecenderungan umum perilaku aktor gerakan perempuan, termasuk KPI, adalah tidak mau melakukan lobi informal. Mereka hanya mau menunggu proses pembuatan kebijakan sampai pada level hilir, bukan hulu. Hal ini menyulitkan kami sebagai legislator untuk memperjuangkan aspirasi," katanya.
Eva kemudian menambahkan, bahwa kemampuan diplomasi menjadi syarat mutlak yang harus dimiliki aktivis perempuan untuk memaksakan perubahan dari dalam dan juga melakukan fungsi kontrol. "Ketrampilan berpolitik teman-teman gerakan sangat kurang. Mereka harus melatih lagi intuisi politiknya," katanya. (Ant/Feber S/Tri Handayani)
Sumber: suarakarya-online.com

Kontributor Artikel & Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.

www.MestiMoco.com
Share:

Rabu, Juli 31, 2013

Kyai Probolinggo Ikrar Dukung Bambang Said

PDIP.kabmalang.com -

Probolinggo -Para Kyai Kampung di Kabupaten/Kota Probolinggo mulai melirik dan memberikan dukungan kepada Calon Wakil Gubernur (Cawagub) Jawa Timur Jempol, MH Said Abdullah. Dukungan tersebut diungkapkan langsung oleh Ustad Munandar kepada MH Said Abdullah, di Kecamatan Wonoasih, Kota Probolinggo, Kamis (23/5).
Menurut Ustad Munandar, bahwa dukungan diberikan kepada putra Madura yang maju pada Pemilihan Kepala/Wakil Kepala Daerah (Pilkada) Jawa Timur 2013 tersebut, karena selama ini MH Said Abdullah  komitmen untuk membantu beberapa Masjid dan Mushola di sejumlah kabupaten/kota di Jawa Timur.
Said Abdullah meski kader PDI Perjuangan, namun beliau adalah NU tulen. Sehingga wajib bagi ustad kampung mendung pencalonannya,” ungkap ustad yang juga salah satu pengurus takmir Masjid Al Bukhori Kota Probolinggo.
Dikatakan oleh Ust. Munandar, dalam memberikan dukungan terhadap Said Abdullah, para kyai kampung akan mensosialisasikan Said Abdullah disaat ada kegiatan-kegiatan di masjid yang digelar setiap satu minggu sekali. “ Kami sudah komitmen dan akan memenangkan Pak Said di Kabupaten/Kota Probolinggo dan sekitarny,’’tandasnya.
Untuk diketahui, selain dukungan dari para kyai kampung, Cawagub Jatim Jempol, Said Abdullah yang mendampingi Cagub Jatim, Bambang Dwi Hartono tersebut juga kebanjiran dukungan dari paguyupan abang becak dan keluarganya. Bahkan 50  abang becak dari Paguyupan Becak Kota mengawalnya dan berkeliling kota sepanjang 1,5 kilometer dari lokasi pemberangkatan di depan Masjid Agung alun-alun setempat.

Sumber : http://www.jatimjempol.com
Kontributor Artikel & Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.

www.MestiMoco.com
Share:

Selasa, Juli 30, 2013

Pembangunan berbasis desa

PDIP.kabmalang.com -

Calon Gubernur Jatim yang diusung PDI Perjuangan, Bambang DH menyatakan, pemberdayaan petani di desa merupakan salah satu target kepemimpinannya jika terpilih dalam Pilgub Jatim, 29 Agustus 2013.
Calon Gubernur Jatim yang diusung PDI Perjuangan, Bambang DH menyatakan, pemberdayaan petani di desa merupakan salah satu target kepemimpinannya jika terpilih dalam Pilgub Jatim, 29 Agustus 2013.Calon Gubernur Jatim yang diusung PDI Perjuangan, Bambang DH menyatakan, pemberdayaan petani di desa merupakan salah satu target kepemimpinannya jika terpilih dalam Pilgub Jatim, 29 Agustus 2013.

Menurut Bambang, arah pembangunan jawa timur baru bersama bambang-said adalah pembangunan berbasis desa. Pembangunan desa merupakan hal yang mutlak harus dilakukan, mengingat jawa timur adalah salah satu lumbung beras nasional. Karena itu dia akan menganggarkan Rp 500 juta tiap desa setiap tahunnya.

“Anggaran bantuan Rp 500 juta tiap desa setiap tahun itu akan diarahkan pada infrastruktur desa, saluran irigasi desa, pasar tradisional desa, fasilitas umum dan banyak lainnya.
APBD Jatim jika dikelola dengan baik, akan mencukupi untuk berjalannya program tersebut,” kata Bambang DH pada media usai mengikuti orasi politik peringatan HUT PRD ke 17 di Kampung Ilmu, Surabaya, kemarin (22/07).

Berdasar data Biro Pusat Statistik bahwa, jumlah tenaga kerja sektor primer tertinggi dari sektor pertanian mencapai 75 persen. Hasil panen padi Jawa Timur setiap tahun mencapai 2,5 juta ton.

"Berdasar data tersebut, membuat keyakinan pasangan Bambang-Said untuk memprioritaskan pembangunan berbasis desa tersebut," urai Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Timur Bidang Kehormatan Partai ini.
Bambang DH, juga menjelaskan bahwa target lain pembangunan berbasis desa adalah dalam kerangka mendorong arah pembangunan yang lebih berkualitas.
Pembangunan yang mampu mengikis kesenjangan antara kota dan desa, pembangunan yang mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi para pemuda desa dan pembangunan yang melindungi hasil-hasil produk pertanian lokal.

"Jika petani di Jatim sejahtera maka kedepan Provinsi Jawa Timur mampu bersaing dengan provinsi yang lain, khususnya terkait dengan kesejahteraan warganya," pungkas Bambang DH.

 
Kontributor Artikel & Foto : Herman Hidayat Profile Facebook Herman Hidayat klik di sini. Herman adalah Pemilik MestiMoco.com.

www.MestiMoco.com
Share:

Arsip Blog