Notification

×

Iklan revolusi

Iklan 1048 300 revolusi

Jejak langkah dari Blitar ke Malang

Jumat, 24 Mei 2024 | Mei 24, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-05-24T07:38:57Z
Mad Budiono

PdiPerjuanganKabMalang >>>  Mat Budiono Sekretaris PAC PDI Perjuangan Kecamatan Kromengan dalam acara jagongan bercerita perjalanannya saat muda hingga saat ini

Sekitar 1988 ada seorang pemuda yang tertarik dengan kerajian pahat kulit yang diajarkan oleh P Sukijan di Binangun Blitar, Pak Sukijan ini selain memahat kulit untuk dijadikan lukisan Wayang Kulit juga berprofesi sebagai Dalang. Degan tekun pemuda ini belajar memahat dan jika dirasa bagus akan dijualkan oleh P Sakijan dan diapun akan mendapat uang saku dari hasil pahatannya ini

Ketika dirasa mampu maka Mat Budiono tahun 1990 mulai membuat sendiri berbagai karakter dalam pahatannya. Walau itu bukan menjadi sumber penghasilan tetapi dia terus menekuni hobi tersebut sehingga hampir semua figur di pewayangan pernah dibuat olehnya hingga tahun 1997 dimana wayang yang dibuatknya termasuk "Wondo" atau mimik wajah karakter sebuah wayang pun dikuaai olehnya.

Wondo dari sebuah wayang ada bermacam macam, misal Dewi Wara Srikandi (Putri Prabu Durpada Raja Negara Campalareja, yang menjadi salah satu istri Arjuna, dan berperan sebagai panglima perang di Baratayudha) mimik wajah bertempur, menghadap suaminya Arjuna yang berbeda-beda

Dia pernah mendapatkan order membuat 350 Sovenir pernikahan berupa kipas dengan ucapak didalamnya ditahun 1997.

Dalam penuturannya "Satu-satunya bentuk pahatan dalam wayang kulit yang belum sya buat adalah bentuk Gunungan", karena menurut para pendidiknya untuk membuat gunungan harus ada ritual yang harus dipenuhi. Selain wayang dia juga mebuat pahatan dalam berbagai bentuk, salah satunya pahatan Garuda Pancaila.

Dia juga menuturkan masing masing daerah memiliki karakter wayang yang merbeda "Malangan cenderung garapannya agak kasar sesuai karakter masyarakat Malang, Solo lebih ramping, halus ementara Jogja cenderung Gemuk"

Bapak dua orang anak ini tertarik pada parati berlogo banteng ini dumulai sejak masih SMP. Lingkungan keluarganya yang kental dengan keyakinan ideologi Pancasila dimana bapaknya aktif di Gerakan Pemuda Marhaen.

Disaat membantu orangtuanya mencangkul di sawah sang bapar melihat ketertarikan pada Mat Budiono dnan mengatakan "Aku ora menging kowe melu politik, ning ilingo nek politik iku iso nggowo mulyo yo iso nggowo nyowo" yang maksudnya berpartai bisa membawa kemakmuran dan kebahagiaan tetapi resikonya juga nyawa karena peraingan.

tahun 1997 mengenal Komisari Kecamatan dan mengajak untuk aktif perpartai dan menjadikan sebagai komisaris desa, sat itulah dia mulai ikut serta dalam pertemuan dan memasang atribut PDI.


Dengan jiwa muda yang dimiliki menjelang pemili dia memasang tanda gambar PDI dan itu menjadi awal masalah. Siang dipasang di ujung gang sore sebelum pulang sudah ditangkap Babinsa dan dibawa ke kantor Polsek.

Disana Mat Budiono di mintai keterangan karena memasang tanda gambar kepala banteng dui jalan menuju rumah kepala desanya.

Dari interogasi itu dia ditahan selama 1 minggu dan dilepas dengan kewajiban absen di kantor polsek.

Disaat pemilu terjadi lonjakan suara PDI di desanya yang biasanya dipilih belasan orang ternyata saat pemilu 1997 suara PDI menjadi seratus lebih, hal ini menjadi masalah baru bagi Mat Budiono, maka dia kembali dipanggil Polsek

Itu adalah sebagian cerita Mat Budiono yang saat ini menjadi Sekretaris PAC Kromengan

Bagi yang berminat membuat Wayang Kulit atau pahatan berbagan Kulit dapat menghubinginya di 0857 3179 1522

Komentar Akun Facebook :

Komentar Akun Google :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Histat

Klik Iklan dibawah Tanah

TUTUP IKLAN
TUTUP IKLAN
×
Berita Terbaru Update